Monday, 22 December 2014

Pengertian Kikir dan Khianat Menurut Islam

1.     Kikir atau Bakhil
Kikir atau bakhil yaitu tidak mau mengeluarkan harta yang semestinya harus dikeluarkan, baik untuk dirinya, untuk kepentingan agama maupun untuk orang lain dan masyarakat. 
a.      Kikir terhadap diri sendiri, misalnya tidak mau membeli pakaian yang baik dan bagus, sedang yang dipakainya telah buruk dan sobek, tidak mau mengeluarkan uang untuk mengobati diri sendiri.
b.     Kikir terhadap orang lain dan masyarakat, yaitu tidak mau memberi dan menolong famili, tetangga atau orang-orang yang terlantar.
c.      Kikir terhadap agama, yaitu tidak mau mengeluarkan zakat dan nafkah keluarga. pada hal zakat dan nafkah keluarga itu wajib dilakukan. 

Begitulah ciri-ciri orang yang kikir itu, ia hanya senang menumpuk-numpuk harta. tetapi hartanya itu tidak ada manfaat baginya. kepentingan dirinya tidak dipenuhinya. kepentingan agama tidak dilaksanakannya, begitu juga kepentingan masyarakat tidak dipedulikannya. Sifat kikir itu adalah sifat buruk dan amat dicela. apalagi kikir terhadap kewajiban agama yang merupakan pendurhakaan dan dosa terhadap Allah SWT. orang yang kikir celaka hidupnya, di dunia tidak berbahagia dan di akhirat tidak akan masuk surga. maka jauhilah sifat kikir itu. belanjakanlah harta untuk keperluan yang semestinya. baik untuk jalan Allah maupun untuk jalan kebaikan. sebab harta yang diberikan itu tidaklah akan hilang begitu saja. tetapi Allah akan menukarnya dengan yang berlipat ganda. bahkan akan mendapat pahala yang tidak terhitung banyaknya.

Sabda Nabi Muhammad SAW: "Tiada suatu haripun orang bangun di waktu paginya, melainkan ada dua malaikat turun, maka berkatalah salah seorangnya: Ya Allah! berilah ganti orang yang membelanjakan (hartanya!)
Dan berkata pula yang lain: Ya Allah! lenyapkanlah harta orang yang kikir dan menahannya!"
Selanjutnya sabda Nabi Muhammad SAW.:"Dua sifat yang tidak dapat ditemui dalam diri seorang mukmin, kikir dan jahat kelakuan. 

2.     Khianat
Khianat artinya berlaku curang dan tidak dipercaya. Lawannya amanat artinya jujur dan dipercaya. Orang yang khianat sama halnya dengan orang yang pembohong. Ia suka mungkir janji, tidak mau membayar hutang. Suka membocorkan rahasia teman. Tidak mau menyelesaikan tugas kewajiban yang telah disanggupinya. Barang titipan tidak dipeliharanya dengan baik. Selalu mementingkan diri sendiri dengan merugikan kepentingan orang lain. Ia adalah seburuk-buruk manusia yang tidak mempunyai tanggung jawab bagi keselamatan teman-temannya dan masyarakatnya.
Ia lebih berbahaya dari pada musuh yang dihadapannya. Sebab ia adalah musuh dalam selimut. Suka mencelakakan teman. Kepada tuhanpun ia berkhianat, ia tidak mau mematuhi perintah Allah dan menghentikan larangan-Nya. Padahal ia telah mengaku iman dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.
Orang yang khianat akan sengsara hidupnya, ia tidak akan dipercaya selama hidup. Ia akan terasing dalam pergaulan, orang memandangnya rendah dan hina. Pintu rezekinya tertutup, orang tidak mau menolongnya. Di atas dunia ia tidak berbahagia. Di akhiratpun ia masuk neraka. Sifat khianat adalah tanda kemunafikan, dan serendah-rendah budi. Maka jauhilah sifat khianat dan pakailah sifat amanah. Sebab sifat amanah membuka pintu rezeki dan kebahagiaan.
Firman Allah dalam Al-qur’anak An-Nisa ayat 108: “Jangan kamu membela orang-orang yang khianat pada diri mereka. Sesunggunya Allah tidak suka kepada orang yang khianat dan berbuat dosa.

Sumber Rujukan:
Syaf Mahyudin, 1975. Pelajaran Akhlak. Bandung: Sulita Bandung.

Sunday, 21 December 2014

Ice Skating di PVJ (Diskon 40%)

Di indonesia  dengan iklim tropis, sudah tentu tidak akan ada yang namanya salju dan danau atau sungai yang membeku. sehingga berseluncur di atas es menjadi mustahil di indonesia. namun, sekarang hal itu bisa kita lakukan. di Bandung, tepatnya di Paris Van Java (PVJ) telah menyediakan wahana bermain Ice Skating yang diperuntukan untuk umum.

Biaya:
1. Buka pukul 10.00 Am- 10.00 Pm
2. Permainan ini hanya perlu membayar Rp. 65.000,- per orang dan dapat bermain sepuasnya.
3. Khusus untuk mahasiswa diskon 40% pada hari selasa dan dapat bermain sepuasnya
4. Biaya sewa loker Rp. 5.000,-
5. Coach (pelatih) hanya dengan menambah Rp 50.000,-
6. Kaos kaki Rp. 10.000,- (jika lupa membawa kaos kaki)


Fasilitas:
1. Gratis sewa sepatu
2. Bermain sepuasnya
3. Stempel Masuk, jika kita pergi keluar (misalnya makan) kemudian ingin bermain kembali
4. Gratis tempat penitipan sepatu

Perlengkapan yang perlu dibawa sendiri:
1. Kaos kaki
2. Sarung tangan
3. Baju yang tidak terlalu tipis
4. Baju lengan Panjang
5. Celana panjang
6. Kartu Mahasiswa (kalau ada)

Tips untuk masuk:
1. Pergi ke PVJ
2. Cari Gedung/bangunan Gardenia Ice
3. Ketika berada di depannya, masuk saja karena loket tiket ada di dalam bangunan
4. Kalau ingin bermain dengan puas dan tidak sempit, sebaiknya datang lebih awal sehingga belum banyak yang datang.
5. Membayar Rp. 65.000,- umum
    Membayar Rp. 39.000,- Mahasiswa (selasa)
6. Sebaiknya kita juga menyewa Loker, apabila ada barang-barang berharga yang kita bawa.
7. Apabila kita mahasiswa dan datang pada hari selasa, kita akan diminta mengisi formulir. silahkan diisi saja, karna itu memang sudah prosedur untuk yang mendapatkan diskon.
8. Selanjutnya, kita akan menerima 2 tiket (tiket masuk dan tiket sepatu)
9. Berikan tiket masuk pada petugas penjaga pintu masuk.
10. Setelah itu, masuk dan segera menuju ke tempat penyewaan sepatu Ice Skating,
11. Berikan tiket sepatu kepada petugas, maka kita akan mendapatkan sepatu Ice Skating, Namun, kita harus mengukur ukuran kaki kita dulu sehingga sesuai dengan sepatu Ice Skating yang akan kita pakai.
12. Masukkan barang-barang berharga ke dalam loker.
13. Untuk membuka loker, kita harus memasukkan koin terlebih dahulu. tempat koin berada di dekat kunci loker yang terdapat pada loker yang kita inginkan.
14. Masukkan barang-barang, selanjutnya kunci loker.
15. Setelah selesai memasang Sepatu Ice Skating, simpanlah sepatu atau sendal yang kita pakai di tempat penitipan sepatu yang berada di tempat penyewaan sepatu Ice Skating (agar lebih aman)

demikianlah beberapa penjelasan mengenai Ice Skating di PVJ bandung. semoga bermanfaat buat teman-teman.


Permainan Tradisional Indonesia (Kampung Wisata Cilimus, Jawa Barat)

Indonesia memiliki berbagai macam permainan tradisional yang menghibur anak dari generasi ke generasi. dalam era modern ini sudah sangat sulit ditemukan permainan-permainan tradisional yang sudah kalah saing dengan teknologi. namun, permainan ini belum punah. permainan tradisional yang ada di Indonesia biasanya memiliki musim tertentu. sama halnya dengan musim buah-buahan. begitu juga dengan permainan yang ada di Indonesia. berikut ini beberapa permainan tradisional yang ada di Indonesia.

1. Egrang

Egrang biasanya terbuat dari bambu yang dibentuk sehingga memiliki tempat untuk tumpuan kaki. cara melakukan permaian ini biasanya dengan balapan atau adu kecepatan. pemain biasanya terdiri dari dua orang atau lebih yang berdiri di atas egrang di belakang garis start. setelah wasit memberikan aba-aba, maka semua pemain berlari menggunakan egrang ke arah finish. pemain yang pertama kali sampai ke finish adalah pemenangnya.

2. Bakiak


Bakiak (Jawa Tengah) atau Bangkiak (Jawa Timur) atau Terompa Galuak (Sumatra Barat) adalah sejenis sandal yang telapaknya terbuat dari kayu yang ringan dengan pengikat kaki terbuat dari ban bekas yang dipaku dikedua sisinya. Sangat populer karena murah terutama dimasa ekonomi susah sedangkan dengan bahan kayu dan ban bekas membuat bakiak tahan air serta suhu panas dan dingin. permainan bakiak ini biasanya digunakan dengan dua pemain atau lebih yang berada di atas kaya panjang. permainan ini sangat berguna untuk melatih kekompakan dan kebersamaan. biasanya permainan ini dijadikan perlombaan pada hari-hari tertentu.

3. Balap Karung
permainan kecepatan dengan memakai karung goni, permainan ini sangat sering dijadikan lomba pada saat hari kemerdekaan. permainan dengan menggunakan karung ini sangat populer dari masa ke masa. hampir setiap hari kemerdekaan, masyarakat memperlombakan permainan ini. permainan ini hampir sama dengan lari jarak pendek. namun bedanya, setiap pemain harus berlari menggunakan karung.

4. Perepet Jengkol

merupakan permainan lagu sunda yang dinyanyikan oleh laki-laki atau perempuan yang menjadi pemain tersebut. cara memainkan permainan ini adalah dengan cara pemain yang terdiri dari 3 orang berdiri melingkar saling membelakangi pemain lainnya. kemudian setiap pemain saling berpegangan tangan. selanjutnya kaki kanan pemain diangkatkan ke betis dan dianyam dengan kaki pemain lainnya hingga kuat. masing-masing tangan dilepaskan selanjutnya pemain memutar dengan cara melompat-lompat ke arah kiri (arah jarum jam) sambil bertepuk tangan dan menyanyikan lagu perepet jengkol.

5. Lompat Tali
Dua orang memegang ujung masing-masing tali dan memutar tali, kemudian pemain lain lompat ke dalam putaran tali tersebut. Dapat juga dimainkan sendirian.


Hula Hoop

permainan yang menyenangkan namun tidak mahal. salah satunya adalah dengan mempraktekkan permainan hula hoop. salah satu permainan yang menyehatkan juga tentunya. karena dengan permainan ini juga dapat membakar lemak bagi orang yang memiliki kelebihan lemak di tubuhnya. permaianan ini sebenarnya juga termasuk permainan yang gampang-gampang susah. permainan yang sekaligus juga dapat menjadi olah raga ini hanya perlu menggoyang-goyangkan pinggul. namun, tidak semua orang mampu untuk melakukannya. permainan ini biasanya sangat digemari oleh anak-anak. pada saat liburan atau pun pada saat ada acara tertentu, hulahoop ini biasanya dijadikan perlombaan.
beberapa manfaat yang bisa didapat dari permainan ini bagi anak-anak adalah sebagai berikut:
1. menciptkan mood, atau suasana hati menjadi lebih baik
2. melatih koordinasi tubuh, hal ini dikarenakan dalam permainan hula hoop di butuhkan timing dan irama tubuh yang baik.
3. melatih fleksibilitas tulang punggung, hal ini akan membuat tulang punggung lebih banyak bergerak sehingga akan menghindari cidera tulang punggung
4. melatih kesabaran anak, karena apabila anak belum mahir, maka dia harus berusaha dan juga bersabar dalam berlatih permainan ini
5. meningkatkan sosialisasi teman sebaya

nah, banyak sekali manfaat yang dapat dirasakan oleh anak-anak dengan bermain hulahoop ini. ayo teman-teman, ajak adik-adik kita untuk bermain ini. tidak perlu mengeluarkan biaya yang mahal. hanya dengan sebuah hulahoop, segudang manfaat dapat kita rasakan.

Permainan Egrang di Era Modern

siapa yang tidak kenal egrang? bagi orang-orang dewasa, permainan itu adalah permainan yang sering dimainkan pada masa kecil. suatu permainan yang terbuat dari bambu. setiap anak-anak sangat suka bermain egrang. namun, kalau pada saat ini kita bertanya kepada anak-anak tentang "egrang". mungkin hanya sedikit yang mengetahuinya. di tengah-tengah canggihnya teknologi saat ini, permianan tradisional ini sudah sangat jarang dimainkan oleh anak-anak. 
anak-anak pada era modern lebih suka duduk santai dan memegang elektronik dari pada harus berkeringat dan kotor di luar. padahal untuk usia perkembangan anak, bergerak sangat membantu dalam perkembangan motorik kasar dan juga motorik halus. dalam permainan egrang misalnya, anak dapat melatih kekuatan otot kaki ketika menginjak bambu yang digunakan sebagai tumbuan. kekuatan tangan yang digunakan untuk memegang bambu. selain itu, anak juga akan diharuskan melatih keseimbangan tubuh pada saat bermain egrang. itu hanyalah sebagian kecil manfaat yang bisa dirasakan anak dari permainan tradisional tersebut. dalam segi sosial, permainan tradisional ini akan sangat mendukung dalam sosialisasi dengan teman-teman yang ada di sekitar rumah. banyak anak-anak tidak tahu dengan teman seusianya yang berada di lingkungan rumahnya. padahal sosialisasi itu sangat penting dalam perkembangan pribadi anak dan juga perkembangan mental dalam berkomunikasi dengan orang seusianya. 

permainan egrang ini sangat mudah untuk dimainkan. pemain biasanya terdiri dari dua orang dengan menggunakan egrang masing-masing yang berfungsi sebagai kaki. permainan ini biasanya dilakukan dengan cara berlomba kecepatan. jarak yang digunakan disesuaikan dengan kesepakatan bersama teman (kecuali perlombaan, disesuaikan dengan panitia). pemain kemudian berdiri di garis start, salah satu teman yang tidak ikut bermain akan bertugas menjadi wasit yang akan memberikan aba-aba. pemain yang paling cepat sampai di garis finish adalah pemenangnya.

nah, tidak terlalu sulitkan memainkannya. sangat mudah, dan tidak perlu mengeluarkan biaya. 
semoga permainan egrang ini akan terus bertahan di tengah gempuran teknologi yang semakin merasuki jiwa anak-anak indonesia. amin...

Friday, 12 December 2014

pendidikan inklusif (Peran Guru Pendidikan Khusus)

Peran Guru Pendidikan Khusus
Seperti pengalaman kami yang telah bekerja dengan sekolah-sekolah yang menerapkan program inklusif, salah satu perhatian utama perubahan dramatis yang telah terjadi dalam peran guru pendidikan khusus dan meningkat secara signifikan mengenai tanggung jawab yang telah ditempatkan pada para profesional. Salah satu guru SD berkomentar setelah bekerja dalam program inklusif yang baru dikembangkan,
Saya mendukung inklusi, tapi saya tidak tahu apakah saya akan terus mengajar jika hal-hal tidak  berubah. Saya menikmati kelas mandiri saya. Saya mempunyai murid-murid saya sendiri, kelas saya sendiri, bahan dan kurikulum sendiri. Ketika kami pergi ke inklusi, aku kehilangan kelasku, murid-murid saya, dan semuanya. Saya tidak punya  kontrol atas apa-apa lagi. Saya juga harus menyesuaikan gaya mengajar saya untuk  empat guru lain yang bekerja dengan saya, ketika aku pergi ke kelas mereka, dengan siswa mereka, dan kurikulum mereka. Lalu aku harus belajar kurikulum di  tiga tingkatan kelas yang berbeda! Ini sulit. Kenapa tidak ada yang beradaptasi dengan gaya mengajar saya ?
Kami telah menemukan variasi dalam pengalaman guru ini yang tidak biasa bagi guru pendidikan khusus. Dalam banyak situasi, guru ini  telah bekerja sama dengan tiga sampai delapan profesional lainnya, dan di bawah kondisi terbaik (misalnya, kolaborasi sejati, waktu untuk pengajaran bersama), pekerjaan masih luar biasa menantang. Memberikan pengalaman yang berharga, peran profesional yang memuaskan untuk guru pendidikan khusus harus menjadi prioritas dari sekolah inklusif. Sebagai contoh, penting untuk membatasi jumlah guru pendidikan khusus yang diharapkan guru tersebut dapat bekerja dari tingkatan kelas di manapun. Selain itu, penting bahwa guru pendidikan khusus memiliki peran profesional yang tepat dalam kelas pendidikan umum; guru ini biasanya ingin memberikan instruksi langsung kepada siswa, dan mereka menginginkan peran di dalam kelas yang sama dengan profesional lainnya.
Banyak masalah muncul ketika guru pendidikan khusus tidak memiliki peran profesional yang memuaskan. Masalah mendesak yang muncul adalah bahwa sumber daya daya yang penting bagi siswa tidak digunakan dengan baik, dan dengan demikian kebutuhan siswa yang seharusnya tidak terpenuhi. Terkait dengan masalah ini, apapun profesionalismenya akan menjadi lebih berhasil jika dia merasa bahwa dia memberikan kontribusi untuk keberhasilan siswa dan dipandang sebagai produktif profesional dengan rekan-rekan. Akhirnya, jika seorang pendidik khusus tetap dalam peran yang tidak pantas, kemungkinan akan terjadi ketidakpuasan dan dia mungkin mencari peran lain dalam sekolah atau profesi lain untuk mengurangi tekanan dan stres pekerjaan.

Menyeimbangkan Keinginan untuk Proporsi alamiah dengan Intensitas Pelayanan
Ketika kami mulai bekerja dengan sekolah di daerah Midwestern beberapa tahun lalu, mereka dikejutkan oleh sebagian besar siswa disabilitas di beberapa sekolah dan sebagian kecil pada orang lain. Saat mereka memeriksa data tersebut dan bekerja dengan sekolah-sekolah lebih dekat, mereka menemukan bahwa banyak siswa disabilitas di daerah ini ke sekolah dengan menggunakan bus untuk "memastikan pengiriman pelayanan yang efisien." Secara keseluruhan, sepertiga dari siswa disabilitas ringan (kesulitan belajar and tunagrahita ringan) yang dididik di sekolah mereka akan hadir jika mereka tidak diberi label dengan hambatan, sementara dua pertiga lainnya yang lingkungan mereka jauh dari bus. Melihat pola penempatan siswa selama setahun, kami juga menemukan bahwa proporsi siswa di sekolah tertentu berubah dari waktu ke waktu, terkadang secara tiba-tiba. Perubahan ini terjadi karena siswa di kelas pendidikan khusus secara rutin pindah dari satu gedung ke gedung lainnya ketika kebutuhan untuk ruang kelas tambahan muncul. Administrator yang membuat keputusan ini beralasan bahwa sebagian besar siswa disabilitas tidak berada di dalam lingkungan sekolah mereka, jadi itu akan membuat sedikit perbedaan untuk memindahkan mereka ke sekolah lain. Dalam satu contoh, kelas terpisah untuk siswa dengan kesulitan belajar telah pindah lima kali, dari satu sekolah ke sekolah lain, selama tujuh tahun. praktek ini menyebabkan kesulitan yang signifikan untuk sekolah ketika mereka mencoba untuk mengembangkan sekolah inklusif, belum lagi lingkungan sekolah yang tidak stabil bahwa banyak siswa yang mengalami disabilitas.
Di kawasan sekolah ini, kami menghabiskan dua tahun dalam mengembangkan dan mengimplementasikan rencana untuk memindahkan siswa disabilitas kembali ke lingkungan sekolah mereka sebelum mereka mulai bekerja dengan sekolah-sekolah untuk mengembangkan program inklusif. Ada banyak siswa disabilitas di beberapa sekolah dapat menerima mereka semua, dan di lain sekolah ada begitu sedikit siswa disabilitas yang tidak memiliki Guru pendidikan khusus yang ditugaskan ke sekolah. Sekolah lain menerima siswa dalam jumlah yang relatif besar pada tahun pertama dan relatif sedikit menerima siswa pada tahun berikutnya. Sebagai isu-isu yan dibahas di kawasan sekolah ini, semua setuju bahwa kesuksesan jauh lebih besar dapat dicapai dalam mengembangkan sekolah inklusif jika siswa pertama kali pindah kembali ke lingkungan sekolah mereka.
Secara umum, siswa disabilitas seharusnya pergi ke sekolah yang mereka akan hadiri jika mereka tidak memiliki hambatan. Hal ini menghasilkan proporsi alamiah siswa disabilitas di sekolah tertentu. Misalnya, di sebuah sekolah dasar dengan 500 siswa, jika 11 persen dari siswa di kabupaten diidentifikasi sebagai siswa disabilitas, akan diantisipasi bahwa sekitar 55 siswa disabilitas akan ditemukan. Selain memastikan proporsi alamiah, memberikan pendidikan di lingkungan sekolah memiliki banyak keuntungan tambahan bagi siswa disabilitas:
·         Menghindari perjalanan panjang di bus untuk sekolah-sekolah yang jauh.
·         Pergi ke sekolah bersama siswa yang tinggal berdekatan di suatu lingkungan, menghadiri gereja-gereja lokal, berbelanja di toko-toko lokal, dan sebagainya.
·         Keterlibatan orang tua di sekolah lokal.
·         Perasaan kepemilikan oleh guru dan administrator sekolah lokal untuk semua siswa yang tinggal di daerah cakupan sekolah.
·         Stabilitas dalam penempatan sekolah; contohnya, seorang siswa yang dipindahkan karena wilayah tempat tinggalnya, yang mempengaruhi semua siswa.
Setelah proporsi alamiah siswa disabilitas adalah di sekolah, kami menemukan bahwa penerapan terhadap prinsip ini tidak mungkin pada kelas-kelas dasar. Untuk menggambarkan, jika 55 siswa di sekolah dasar dari 500 siswa dijelaskan sebelumnya tersebar merata di seluruh kelas 1-5, dengan 11 siswa per kelas tingkat, dan ada empat kelas per tingkat kelas, orang akan berharap bahwa 2 atau 3 siswa disabilitas akan ada di setiap kelas. Kami telah menemukan bahwa pendekatan ini tidak bekerja untuk beberapa alasan.
Pertama dan terpenting, semua siswa disabilitas tidak menempatkan tuntutan yang sama pada guru untuk mendapatkan bantuan dan dukungan. Beberapa siswa sangat menuntut, guru memerlukan waktu yang banyak agar individu bekerja, atau mengganggu kegiatan kelas dengan beberapa keteraturan. Sebaliknya, siswa lain dengan disabilitas menempatkan beberapa tuntutan pada guru dan memerlukan sedikit dukungan atau bantuan. Sederhananya, beberapa siswa disabilitas memerlukan dukungan kuat di kelas pendidikan umum, sementara yang lainnya memerlukan dukungan jauh lebih sedikit. Ilustrasinya, guru kami yang telah bekerja selama beberapa tahun ini menyatakan bahwa ia memiliki seorang siswa yang memiliki hambatan di kelasnya, dan dia begitu menuntut bahwa dia tidak bisa menangani semua kebutuhan siswa dengan disabilitas. Dalam tahun-tahun sebelumnya guru yang sama ini telah mengambil  empat atau lima siswa disabilitas di kelasnya dengan beberapa masalah. Kebutuhan yang berbeda dari siswa disabilitas untuk dukungan memerlukan fleksibilitas dalam penjadwalan dengan staf pendidikan khusus dan membuat sulit, -bahkan dalam pengalaman kami, hal yang tidak diinginkan- memiliki proporsi alamiah siswa disabilitas dalam setiap kelas.
Isu kedua mengenai prinsip proporsi alamiah bahwa tidak peduli apa tingkat pelatihan dan dukungan untuk dimasukkan dalam sebuah sekolah, beberapa guru akan menjadi lebih toleran terhadap perbedaan siswa dan lebih siap dan mampu beradaptasi dengan beragam siswa di kelas mereka. Dengan demikian, beberapa guru akan menjalankan kelas yang dirancang dengan baik untuk memenuhi kebutuhan beragam siswa dan akan mampu memenuhi kebutuhan lima siswa dengan disabilitas, sedangkan guru lainnya tidak akan dapat mencapai tujuan ini.
Isu ketiga ketika mempertimbangkan proporsi alamiah adalah bahwa beberapa siswa disabilitas membutuhkan intensitas layanan yang cukup sulit untuk diberikan di kelas pendidikan umum, terutama jika siswa disabilitas tinggal di sekitar lingkungan sekolah, dan dengan demikian menyebar dalam proporsi alamiah di sekolah di daerah sekolah. Sebagai contoh, kami telah bekerja di salah suatu sekolah selama 10 tahun terakhir dalam mengembangkan, melaksanakan, memantau, dan meningkatkan sekolah inklusif. Saat ini, di tingkat sekolah dasar menyebar 14 sekolah, siswa dengan perilaku yang paling menantang yang dibagi ke dua sekolah, satu di setiap sisi kota. Sebagian besar siswa ini agresif dan sangat mengganggu di kelas pendidikan umum dan ditemukan sangat sulit untuk berhasil masuk di lingkungan sekolah mereka. Akibatnya, para siswa dikelompokkan menjadi dua sekolah sehingga intensitas yang tepat dari layanan dapat disediakan untuk mendukung mereka dalam kelas pendidikan khusus yang terpisah untuk bagian dari hari sekolah dan cukupnya  sumber daya daya yang tersedia untuk mendukung mereka secara umum dalam ruang kelas pendidikan untuk bagian dari hari sekolah.
Masalah akhir mengenai proporsi alamiah dan intensitas pelayanan berkaitan dengan sumber daya daya yang tersedia untuk memberikan dukungan kepada siswa disabilitas di sekolah tertentu. Karena batas sumber daya daya, kami telah menemukan bahwa itu seringkali diperlukan untuk menyeimbangkan intensitas pelayanan dengan prinsip proporsi alamiah dalam mempertimbangkan penempatan siswa yaitu, semakin dekat sebuah bergerak menuju sekolah proporsi alamiahi di kelas, semakin sulit untuk memberikan dukungan kuat pada beberapa siswa. Sebagai contoh, di sekolah menengah kami bekerja, sejumlah tim-mengajar, konten kelas-kelas yang ditawarkan. Kelas-kelas ini sering dimasukkan lebih dari 10 siswa penyandang hambatan, bersama dengan 20 siswa yang tidak berlabel dan dua guru, seorang guru kelas pendidikan umum dan guru pendidikan khusus. Mengingat sumber daya daya yang tersedia di sekolah ini, tuntutan lain yang diletakkan di guru pendidikan khusus (misalnya, strategi mengajar di kelas, menyediakan dukungan dalam pengaturan pekerjaan), dan rata-rata ukuran kelas (lebih dari 30), pilihan terbaik yang tersedia yang memberikan intensitas layanan. diperlukan untuk memenuhi kebutuhan siswa dan datang sebagai dekat dengan proporsi alamiah adalah untuk memasukkan proporsi yang tinggi ini (hingga sepertiga) siswa penyandang hambatan di kelas pendidikan umum.

Jadi, sementara proporsi alamiah adalah prinsip yang sangat baik untuk penempatan siswa di sekolah dan ruang kelas, tidak diinginkan untuk mencoba untuk secara ketat mematuhi prinsip ini pada kelas-kelas dasar. Selain itu, menyeimbangkan kebutuhan untuk proporsi alamiahi dengan kebutuhan untuk dukungan kuat untuk beberapa siswa disabilitas memberikan pendekatan yang lebih realistis untuk memenuhi kebutuhan dari semua siswa penyandang hambatan dalam pengaturan inklusif.(translate)
Mcleskey, James & Waldron Nancy L. 2000. Inclusive School In Action. United States Of America. ASCD.

pendidikan inklusif (Perkembangan Profesional)

Perlunya Perkembangan Profesional di sekolah inklusif
Untuk memastikan bahwa guru dipersiapkan dengan baik untuk pengembangan yang sukses dan mengimplementasikan sekolah inlkusif, peluang yang cukup untuk perkembangan profesional harus disediakan. Sebagaimana Fox dan Ysseldyke (1997) menyatakan bahwa, perkembangan profesional itu penting terutama saat sekolah inklusif dikembangkan dan diimplementasikan, mempertimbangkan kenyataan bahwa guru diminta”. . . untuk menerima tanggung jawab baru dan untuk meluaskan peran mereka ke dalam . . . area yang baru dan, bahkan membahayakan” (hal. 96). Selain itu, seperti yang dibahas di Bab 1, perubahan yang diperlukan tidak semata-mata ditambahkan pada program sekolah terkini tetapi lebih memerlukan perubahan yang signifikan dalam bagaimana guru bekerja. Perubahan ini mengharuskan guru memperoleh pemahaman baru akan pengajaran dan pembelajaran sebagaimana keahlian baru yang diperlukan untuk memastikan bahwa mereka telah dipersiapkan dengan baik untuk mengimplementasikan perubahan yang diperlukan.
            Bull dan Buechler (1997) menawarkan beberapa prinsip yang telah kita lihat cukup berguna untuk memastikan bahwa aktivitas perkembangan profesional disesuaikan pada kebutuhan individual dari sekolah setempat dan berhasil dalam mempersiapkan guru untuk perubahan yang sedang diimplementasikan. Kami menyarankan bahwa perkembangan profesional yang efektif adalah yang:
         Berbasis sekolah
         Menggunakan pelatihan dan prosedur tindak lanjut lainnya
         Kolaboratif
         Melekat dalam kehidupan sehari-hari guru, menyediakan untuk pertumbuhan terus menerus
         Berfokus pada pembelajaran siswa dan dievaluasi setidaknya dalam bagian basis tersebut.
Sementara aktivitas perkembangan profesional harus disesuaikan pada kebutuhan individual dari sekolah setempat, kami menemukan bahwa kebanyakan sekolah unggul dari kunjungan-kunjungan ke situs-situs dimana sekolah inklusif telah dengan sukses dikembangkan dan dari berpartisipasi dalam sesi pemecahan masalah yang spesifik pada situasi (Roach, 1995). Sebagai tambahan, ada beberapa topik yang sering perlu untuk dibahas, termasuk yang berikut:
         Mengapa mengimplementasikan sebuah sekolah inklusif? Bagaimana itu akan bekerja? Seberapa baik itu akan bekerja?
         Kolaborasi,  pereguan, dan pengajaran pendamping
         Strategi instruksional dan adaptasi kulikuler
         Strategi pengelompokan alternatif (seperti, pembelajaran koperatif, pengelompokan multi-usia, pengajaran sebaya)
         Memahami proses perubahan
         Disiplin  di sekitar sekolah, resolusi konflik, dan pelatihan keterampilan sosial.
Akhirnya, melanjutkan perkembangan profesional tidak hanya penting dalam memastikan bahwa guru memperoleh keahlian yang diperlukan untuk dengan sukses mengimplementasikan sebuah sekolah inklusif, ini juga menawarkan seluruh guru dalam sebuah sekolah kesempatan untuk belajar tentang inklusi dan perubahan sekolah utnuk berkolaborasi dengan yang lain dalam menentukan bagaimana sekolah dan kelas akan diubah untuk lebih sukses mengakomodasi keanekaragaman siswa. Keterlibatan staf pengajar dalam melanjutkan perkembangan profesional akan membuat lebih memungkinkan bahwa kepemilikan untuk sekolah inklusif akan berbasis luas di antara staf pengajar.


Mcleskey, James & Waldron Nancy L. 2000. Inclusive School In Action. United States Of America. ASCD.