Anomali dan munculnya penemuan sains (Thomas S. Kuhn)
Sains yang normal, yakni kegiatan pemecahan masalah
yang baru saja kita teliti, adalah
kegiatan yang sangat kumulatif, benar-benar berhasil dalam tujuannya, perluasan
secara tetap ruang lingkup dan presisi penge-tahuan sains. Dalam segala hal ini
ia dengan presisi yang tinggi cocok de-ngan kebanyakan citra yang biasa tentang
karya ilmiah. Namun, satu pro-duk standar dari kegiatan ilmiah ini tidak
ada.Sains yang normal tidak ditujukan kepada kebaruan-kebaruan fakta atau teori
dan, jika berhasil, tidak menemukan hal-hal tersebut.Meskipun demikian,
gejala-gejala yang baru dan tak terduga itu berulang kali tersingkap oleh riset
ilmiah, dan teori-teori baru yang radikal terus-menerus diciptakan oleh para
ilmuwan.Bahkan sejarah mengemukakan bahwa kegiatan ilmiah ini telah
mengem-bangkan teknik yang kekuatannya tiada bandingannya untuk menghasil-kan
kejutan-kejutan jenis ini. Jika karakteristik sains ini akan diselaras-kan
dengan apa yang telah dikatakan, maka riset yang mengikuti suatu paradigma
harus merupakan cara yang sangat efektif untuk mendorong perubahan paradigma.
Itulah yang dilakukan oleh kebaruan-kebaruan fakta dan teori yang fundamental.
Jika dihasilkan secara ceroboh oleh suatu permainan yang dilakukan di bawah
suatu perangkat peraturan, maka asimilasinya menuntut perluasan perangkat yang
lain. Setelah menjadi bagian dari sains, kegiatan itu, setidak-tidaknya
kegiatan para spesialis yang di dalam bidangnya yang tertentu terdapat hal-hal
yang baru itu, tidak akan pernah presis sama lagi.
Sekarang kita harus bartanya, bagaimana
perubahan-perubahan jenis ini bisa terjadi, pertama mengingat
penemuan-penemuan atau kebaruan-kebaruan fakta, kemudian penciptaan-penciptaan
atau kebaruan-kebaruan teori. Perbedaan antara penemuan (discovery) dan
penciptaan (invention)* atau antara fakta dan teori, bagaimana pun, akan segera
ter-bukti bahwa sangat artifisial. Artifisialitasnya merupakan petunjuk yang
penting bagi beberapa tesis dari esai ini.
Dengan meneliti penemuan-penemuan pilihan dalam bagian selanjutnya dari bab
ini, kita akan cepat menemukan bahwa penemuan-penemuan bukanlah
peristiwa-peristiwa yang terasing, melainkan episode-episode yang diperluas
dengan struktur yang berulang secara teratur. Penemuan diawali dengan kesadaran akan anomali, yakni,
dengan pengakuan bahwa alam, dengan suatu cara, telah melanggar
pengharapan yang didorong oleh paradigma yang menguasai
sains yang normal. Kemudian ia berlanjut dengan eksplorasi yang sedikit-banyak diperluas
pada wilayah anpmali. Dan ia hanya berakhir jika teori paradigma itu
telah disesuaikan sehingga yang menyimpang itu menjadi yang diharapkan.
Pengasimilasian suatu fakta jenis baru menuntut lebih dari penyesuaian tambahan
pada teori, dan sebelum penyesuaian itu selesai - sebelum ilmuwan itu tahu
bagaimana melihat alam dengan cara yang berbeda.- fakta yang baru itu sama sekali
bukan fakta ilmiah.
Untuk mengetahui betapa eratnya kebaruan faktual dan
teoretis itu saling
terjalin dalam penemuan ilmiah, perhatikan contoh yang sangat terkenal, yaitu penemuan
oksigen. Sekurang-kurangnya tiga orang yang berbeda memiliki klaim yang sah atas
penemuan itu, dan beberapa ahli kimia yang lain, pada awal tahun 1770-an, tentu telah
mempunyai udara yang diperkaya di dalam sebuah wahana laboratorium tanpa mengetahuinya.1)
Kemajuan sains yang normal, dalam hal ini kemajuan kimia pneumatik, merintis jalan
hingga benar-benar tuntas bagi suatu terobosan. Di antara para pengklaim itu, yang
paling dulu mempersiapkan contoh gas tersebut yang relatif murni adalah
apoteker Swedia, C.W. Scheele. Namun, kita boleh mengabaikan karyanya karena ia tidak
diterbitkan sampai penemuan oksigen itu berulang-ulang diumumkan di tempat
lain dan dengan
demikian tidak mempunyai pengaruh terhadap pola historis yang sini paling banyak
berurusan dengan kita.2) Yang kedua menurut waktunya, yang mengajukan klaim
adalah ilmuwan dan pendeta Inggris, Joseph Priestley, yang mengumpulkan gas
yang dilepaskan oleh oksida merah dari air raksa yang dipanaskan.-sebagai satu bagian dari
penyelidikan normal
yang berkepanjangan terhadap "udara-udara" yang ditimbulkan oleh sejumlah besar zat
padat. Pada tahun 1774 ia mengidentifikasi gas yang dihasilkan dengan cara itu sebagai
nitrooksida, dan pada tahun 1775, hasil pengujian-pengujian selanjutnya,
sebagai udara biasa dengan kuantitas flogiston yang kurang dari biasanya. Pengklaim ketiga,
Lavoisier, mulai pekerjaannya yang membimbingnya kepada oksigen setelah eksperimen-eksperimen
Priestley tahun 1774, dan mungkin sebagai hasil dari petunjuk Priestley. Pada awal tahun
1775 Lavoisier melaporkan bahwa gas yang diperoleh dengan memanaskan oksida merah dari air
raksa adalah
"udara itu sendiri seluruhnya tanpa perubahan kecuali bahwa ia keluar lebih murni,
lebih baik buat pernapasan".3 Menjelang tahun 1777, barangkali dengan
bantuan petunjuk kedua dari Priestley, Lavoisier menyimpulkan bahwa gas itu
adalah species yang berbeda, salah satu dari kedua unsur
utama atmosfer, suatu kesimpulan yang tidak pernah dapat diterima oleh
Priestley.
Pola penemuan ini melahirkan pertanyaan yang dapat
diajukan tentang setiap gejala baru yang pernah masuk ke dalam kesadaran para
il-muwan.Apakah Priestley atau Lavoisier, atau kedua-duanya, yang per-tama
menemukan oksigen itu?Bagaimana pun, kapan oksigen ditemu-kan?Dalam bentuk
demikian pertanyaan itu dapat diajukan bahkan jika hanya ada seorang pengklaim.Sebagai
putusan tentang prioritas dan fong-gal, sebuah jawaban sarha sekali
bukan urusan kita. Meskipun demikian, upaya untuk memperoleh jawabanakan menerangkan sifat
penemuan karena tidak ada jawaban dari jenis yang dicari. Penemuan bukanlah
jenis proses yang patut ditanyakan seperti itu. Kenyataan bahwa ia ditanya-kan
- penemu oksigen yang lebih dulu telah berkali-kali diuji sejak tahun 1780-an
- merupakan gejala dari sesuatu yang miring dalam citra tentang sains yang
memberikan peran yang begitu fundamental kepada penemuan. Perhatikan sekali
lagi contoh kita. Klaim Priestley atas penemuan oksigen didasarkan atas lebih
dulunya ia dalam mengisolasi gas yang di kemudian hari dikenal sebagai species
yang berbeda. Akan tetapi, contoh Priestley itu tidak murni, dan jika
memegang oksigen yang tidakmurni itu
berarli menemukannya, hal itu sudah dilakukan
oleh setiap orang yang pernah memasukkan udara atmosfer ke dalam
botol.Selain itu, jika Priestley adalah penemunya, kapan penemuan itu
dilakukan? Pada tahun 1774 ia mengira telah memperoleh nitrooksida, suatu species
yang telah dikenalnya; pada tahun 1775 ia memandang gas itu sebagai udara
bebas flogiston, yang masih bukan oksigen atau bahkan, bagi ahli kimia
flogistik, suatu jenis gas yang sama sekali tidak diduga. Klaim Lavoisier bisa jadi
lebih kuat, tetapi klaim itu menimbulkan masalah-masalah yang sama. Bila kita
menolak memberikan piala kepada Priestley, kita tidak dapat menghadiahkannya
kepada Lavoisier bagi karya tahun 1775 yang telah menuntunnya untuk
mengidentifikasi gas itu sebagai "udara itu sendiri seluriihnya".
Barangkali kita menunggu karya dari tahun 1776 dan 1777 yang menyebabkan
Lavoisier tidak sekadar melihat gas itu, tetapi gas apa itu. Namun, ganjaran
ini pun patut dipertanyakan karena pada tahun 1777 dan sampai akhir
hayatnya Lavoisier bersikeras bahwa oksigen adalah "prinsip keasaman"
atom dan bahwa gas oksigen hanya terbentuk jika "prinsip" itu bersatu
dengan sifat kalori, materi panas.4' Apakah karena itu kita akan
mengatakan bahwa oksigen belum ditemukan pada tahun 1777? Barangkali ada yang
tergoda untuk mengatakan demikian. Akan tetapi, prinsip keasaman tidak dibuang
dari kimia sampai setelah tahun 1810, dan sifat kalori bertahan sampai tahun
1860-an. Uk-sigen menjadi zat kimia baku sebeium kedua tanggal tersebut.
Jelas bahwa kita memerlukan perbendaharaan kata dan konsep-konsep
baru untuk menganalisis peristiwa-peristiwa seperti penemuan ok-sigen.Meskipun
tak diragukan kebenarannya, ungkapan "oksigen ditemukan" menyesatkan
karena mengesankan bahwa menemukan sesua-tu merupakan hanya satu tindakan
tersendiri yang dapat diasimilasikan kepada konsep kita yang biasa (dan juga
meragukan) tentang melihat.Itulah sebabnya kita begitu mudah menerima bahwa
menemukan, seperti melihat atau menyentuh, tanpa keraguan harus diatributkan
kepada seseorang dan kepada suatu saat dalam waktu.Akan tetapi, pengatributan
yang terakhir ini selalu tidak mungkin, dan yang terdahulu sering begitu juga.
Dengan mengabaikan Scheele, kita dengan aman dapat mengatakan bahwa oksigen
belum ditemukan sebeium 1774, dan barangkali kita dapat juga mengatakan bahwa
ia telah ditemukan pada sekitar tahun 1777 atau tidak lama sesudahnya. Akan
tetapi, di antara batas-batas itu, atau batas-batas lain seperti itu, setiap
upaya untuk menetapkan tanggal penemuan itu tidak dapat dihindari harus
arbitrer karena menemukan suatu gejala baru perlu merupakan peristiwa yang
kompleks, peristiwa yang melibatkan pengakuan bahwa sesuatu itu ada dan apa
sesuatu itu. Seba-gai contoh, jika bagi kita oksigen itu adalah udara bebas flogiston, maka kita
akan bersiteguh tanpa ragu-ragu bahwa Priestley telah menemukannya meskipun
kita belum tahu benar kapan. Akan tetapi, jika pengama-:an maupun
konseptualisasi, fakta maupun asimilasi kepada teori, terkait tanpa dapat dipisahkan
dalam penemuan, maka penemuan adalah jroses dan harus memakan waktu. Hanya jika
semua kategori konsep-ual yang relevan itu dipersiapkan sebelumnya, yang dalam
hal ini gejala tu tidak mungkin merupakan suatu jenis yang baru, maka menemukan
tu dan menemukan apa dapat terjadi tanpa kesulitan,
bersama-sama, dan seketika.
Sekarang andaikan bahwa penemuan itu melibatkan proses
asimilasi konseptual
yang diperpanjang, meskipun tidak perlu lama. Apakah kita apat juga mengatakan
bahwa penemuan itu melibatkan perubahan da-im paradigma?Terhadap pertanyaan itu
belum ada jawaban umum yang apat diberikan, tetapi, setidak-tidaknya dalam
kasus ini, jawabannya ha-js ya.
Apa yang diumumkan oleh Lavoisier dalam makalah-makalahnya :jak tahun 1777
tidak begitu merupakan penemuan oksigen seperti teori ksigen dari pembakaran.
Teori itu merupakan dasar bagi perumusan embali kimia yang begitu luas sehingga
biasanya disebut revolusi kimia. Sebenarnya, jika penemuan oksigen itu
tidak merupakan bagian yang erat kaitanriya dengan munculnya sebuah paradigma
baru bagi kimia, per-tanyaan tentang siapa yang lebih dulu sebagai tempat
memulai tidak akan pernah tampak begitu penting. Dalam kasus ini, seperti dalam
kasus-kasus lainnya, nilai yang dib;rikan kepada gejala yang baru, dan dengan
de-mikian kepada penemunya, bervariasi menurut taksiran kita mengenai se-jauh
mana gejala itu melanggar antisipasi yang didorong oleh paradigma. Namun
perhatikan, karena hal ini akan menjadi penting kelak, bah-wa penemuan oksigen
tidak dengan sendirinya menjadi penyebab pe-rubahan dalam teori kimia. Jauh
sebelum ia memainkan peran apa pun dalam penemuan gas baru itu.Lavoisier yakin, baik bahwa ada sesuatu
yang salah dalam teori flogiston maupun bahwa benda-benda yang ter-bakar
menyerap suatu bagian dari atmosfer.Sejauh itu yang telah di-catatnya dalam
nota tersegel dan disimpan pada Sekretaris Akademi Pran-cis pada tahun 1772.5>
Yang dilakukan oleh karya tentang oksigen itu memberikan banyak tambahan bentuk
dan struktur kepada yang sebelum itu dirasakan oleh Lavoisier bahwa ada sesuatu
yang keliru.Saya me-ngatakan kepadanya sesuatu yang telah dipersiapkannya untuk
ditemukan - sifat zat yang dihilangkan dari atmosfer oleh pembakaran. Kesadaran
lebih dulu akan adanya kesukaran-kesukaran harus merupakan bagian yang penting
dari apa yang memungkinkan Lavoisier dapat melihatnya dalam
eksperimen-eksperimen seperti yang dilakukan oleh Priestley, yaitu suatu gas
yang Priestley sendiri tidak mampu melihatnya di dalam eksperimen-eksperimen
itu. Sebaliknya, kenyataan bahwa diperlukan re-visi besar pada paradigma agar
dapat melihat apa yang dilihat oleh Lavoisier harus merupakan alasan utama
mengapa Priestley, sampai akhir hayatnya, tidak mampu melihatnya.
Dua contoh lain dan yang jauh lebih singkat akan
sangat memperkuat yang baru saja dikatakan, dan sekaligus membawa kita dari
penjelasan tentang sifat penemuan kepada pemahainan keadaan tempat munculnya
sains. Dalam upaya menyajikan cara-cara utama yang dapat menghasil-kan
penemuan, contoh-contoh ini dipilih agar berbeda, baik satu sama lain maupun
dengan penemuan oksigen. Yang pertama, sinar X, adalah kasus penemuan melalui
ketaksengajaan yang klasik, suatu tipe yang lebih sering terjadi daripada yang
dimungkinkan kita dengan mudah me-nyadarinya oleh standar-standar impersonal
tentang pelaporan ilmiah. Ki-sahnya dimulai pada hari ketika ahli fisika
Roentgen menghentikan dulu penyelidikannya yang normal terhadap sinar-sinar
katode karena ia melihat tabir platinosianida barium, yang terletak agak jauh
dari peralatan nya yang dilindungi, bercahaya ketika pelepasan sedang
berlangsung. Penyelidikan-penyelidikan seianjutnya - yang memerlukan tujuh
ming-gu yang sibuk, dan selama itu
Roentgen jarang meninggalkan laboratori-umnya -menunjukkan bahwa penyebab
cahaya itu datang dalam garis-garislurus dari tabung sinar katode, bahwa
radiasi itu menimbulkan bayangan-bayangan, tidak bisa dibelokkan oleh magnet,
dan banyak la-gi yang lainnya. Sebelum mengumumkan penemuannya, ia telah yakin
bahwa pencapaiannya itu bukan karena sinar-sinar katode, melainkan ka-rena
suatu agen yang sekurang-kurangnya mempunyai suatu kemiripan dengan cahaya.6)
Bahkan contoh yang sesingkat itu menunjukkan kemiripan
yang sa-ngat dekat dengan penemuan oksigen: sebelum bereksperimen dengan
ok-sida merah dari air raksa, Lavoisier telah melakukan beberapa eksperimen
yang tidak memberikan hasil yang diantisipasi menurut paradigma flogiston;
penemuan Roentgen dimulai dengan kesadaran bahwa tabirnya bercahaya, padahal
tidak seharusnya. Dalam kedua kasus itu, persepsi ter-hadap anomali - artinya
terhadap gejala yang untuk itu penyelidik be-lum dipersiapkan oleh paradigma -
memainkan peran yang esensial dalam merintis jalan untuk memahami hal yang
baru.Akan tetapi, lagi-lagi dalam kedua kasus itu, persepsi bahwa ada sesuatu
yang tidak beres hanyalah pembuka jalan kepada penemuan.Baik oksigen
maupun.sinar-sinar X tidak muncul tanpa proses eksperimentasi dan asimilasi
seianjutnya. Pada titik mana dalam penyelidikan Roentgen, misalnya, kita
pan-tas mengatakan bahwa sinar-sinar X benar-benar telah ditemukan?Bagaimana
pun, bukan pada saat pertama ketika yang dilihatnya hanyalah tabir yang
bercahaya. Sekurang-kurangnya seorang penyelidik lajji telah melihat cahaya itu
dan, dengan diikuti kekecewaan, tidak menemukan apa-apa sama sekali.7)
Hampir sama jelasnya bahwa saat penemuan itu iuga tidak dapat didorong ke
depan, ke suatu saat dalam minggu terakhir senyelidikan ketika Roentgen sedang
menelaah sifat-sifat radiasi baru yang 'elah ditemukannya. Kita hanya
dapat mengatakan bahwa sinar-sinar X nuncul di Wurzburg antara tanggal 8
November dan 28 Desember 1895.
Namun, dalam bidang ketiga, adanya kesejajaran yang
penting di an-ara penemuan oksigen dan penemuan sinar-sinar X sangat kurang tampak. Berbeda dengan
penemuan oksigen, penemuan sinar X, sekurang-:urangnya selama satu dasawarsa
setelah peristiwa itu, tidak dilibatkan ke dalam pergolakan teori sains. Jadi,
dari segi mana asimilasi penemuan ;u dapat dikatakan mendorong perlunya
perubahan paradigma? Kasus ntuk menolak perubahan demikian sangat kuat. Yang
pasti, paradigma paradigma yang dianut oleh Roentgen dan rekan-rekan
sezamannya tidak mungkin dapat digunakan untuk memprakirakan sinar X. (Teori
elek-tromagnetik Maxwell belum diterima di mana pun, dan teori partikel dari
sinar katode hanyalah salah satu di antara beberapa spekulasi masa itu.) Akan
tetapi, paradigma-paradigma itu, setidak-tidaknya dalam arti yang nyata mana
pun, juga tidak menghalangi adanya sinar X sebagaimana teori flogiston telah
men'ghalangi interpretasi Lavoisier tentang gas Priestley. Sebaliknya, pada
tahun 1895 teori dan praktek sains yang telah diterima mengakui sejumlah
bentuk radiasi - yang tampak, inframerah, dan ultraungu.Mengapa sinar X tidak dapat
diterima sebagai sekadar satu lagi bentuk kelas yang sangat dikenal dari gejala
alam? Mengapa mereka misalnya tidak diterima dengan cara yang sama dengan
penemuan unsur kimia tambahan? Unsur-unsur baru untuk mengisi tempat yang
kosong dalam tabel periodik masih dicari dan ditemukan pada masa
Roentgen.Pencarian mereka merupakan proyek standar bagi sains normal, dan
ke-berhasilan hanya peristiwa bagi ucapan selamat, bukan bagi kejutan.
Namun, sinar X disambut bukan hanya dengan kejutan,
melainkan dengan keguncangan.Lord Kelvin mula-mula menyatakannya sebagai
ke-bohongan besar.8) Yang lain, meskipun tidak dapat meragukan
kenyataan itu, gempar karenanya.Meskipun tidak dihalangi oleh teori yang sudah
kukuh, sinar X menentang pengharapan yang tertanam dalam.Peng-harapan-pengharapan
itu saya kira tercakup di dalam rancangan dan interpretasi prosedur-prosedur
laboratorium yang telah ditetapkan. Pada sekitar tahun 1980-an perlengkapan
sinar katode disebarluaskan ke ber-bagai laboratorium Eropa. Jika peralatan Roentgen
itu telah menghasil-kan sinar-sinar X, maka seju/nlah eksperimentalis lain
harus sudah beberapa lamanya menghasilkan sinar-sinar itu tanpa mengetahuinya.
Ba-rangkali sinar-sinar itu, yang bisa saja memiliki juga sumber-sumber lain
yang tidak diumumkan, dimasukkan ke dalam perilaku yang telah lebih dulu
diterangkan tanpa mengacu kepada sinar-sinar itu. Setidak-tidaknya, beberapa
jenis peralatan yang sudah lama dikenal, di masa depan akan harus dilindungi
dengan timah hitam. Karya tentang proyek-proyek normal yang sudah diselesaikan
sebelumnya, sekarang harus dikerjakan lagi karena para ilmuwan yang terdahulu
tidak mampu mengenal dan me-ngontrol variabel yang relevan.Yang pasti, sinar X
membuka suatu bi-dang baru, dan dengan demikian ditambahkan kepada wilayah
potensial sains yang normal. Akan tetapi, ia juga mengubah bidang-bidang yang
telah ada, dan ini sekarang menjadi masalah yang lebih penting. Dalam proses
itu mereka tidak mau mengakui tipe-tipe instrumentasi yang se belumnya
didasarkan atas paradigma.
Singkatnya, disadari atau tidak, putusan untuk
menggunakan per-alatan tertentu dan dengan cara tertentu membawa asumsi bahwa
hanya jenis keadaan tertentu yang akan timbul. Ada pengharapan instrumental dan
pengharapan teoretis, dan kedua-duanya sering menainkan peran yang menentukan
dalam perkembangan sains.Salah satu pengharapan demikian, misalnya, adalah
kisah tentang penemuan oksigen yang ter-lambat.Dengan menggunakan tes standar
bagi "udara yang baik", baik Priestley maupun Lavoisier mencampurkan
dua bagian gas mereka dengan satu bagian oksida nitrat, mengguncang campuran
itu di atas air, dan mengukur volume residu yang berupa gas. Pengalaman
sebelumnya, yang melahirkan prosedur standar ini, meyakinkan mereka bahwa
dengan udara atmosfer, residu itu akan merupakan satu bagian, dan bagi setiap
gas yang lain (atau bagi udara yang tercemar) residunya akan lebih bany-ak.
Dalam eksperimen-eksperirnen oksigen itu kedua-duanya menemukan residu yang
mendekati satu bagian, dan sesuai dengan itu mereka mengi-dentifikasi gas
tersebut. Lama kemudian, dan sebagian melalui ketaksen-gajaan, barulah
Priestley meninggalkan prosedur standar dan mencoba mencampurkan nitrikoksida
(NO) dengan gasnya dalam perbandingan yang lain. Kemudian ia menemukan bahwa
dengan empat bagian nitrikoksida hampir tidak ada residu sama sekali.
Komitmennya kepada prosedur tes semula —
prosedur yang di beri sanksi oleh banyak pengalaman sebelumnya - sekaligus
merupakan komitmen kepada tidak adanya gas yang dapat berperilaku seperti
oksigen.9)
Ilustrasi seperti ini bisa diperbanyak dengan mengacu,
misalnya, kepada identifikasi fisi uranium yang terlambat. Salah satu alasan
mengapa reaksi nuklir itu ternyata sukar sekali dikenal ialah bahwa orang-orang
yang mengetahui apa yang diharapkan jika mengebomi uranium memilih tes kimiawi
yang terutamaditujukan kepada unsur-unsur dari ujungatas tabel periodik.10)
Apakah dari seringnya terbukti bahwa komitmen instrumental itu menyesatkan,
kita harus rnenyimpulkan bahwa sains harus meninggalkan tes-tes standar dan
instrumen-instrumen standar? Hal itu akan menghasilkan metode riset yang tak
dapat dipahami. Prosedur-prosedur dan penerapan-penerapan paradigma sama
pentingnya bagi sains dengan hukum-hukum dan teori-teori paradigma, dan
semuanya mem-punyai efek yang sama. Tak dapat dihindari mereka membatasi bidang
fenomenologis yang setiap saat bisa dimasuki untuk penyelidikan sains. Dengan
mengakui sejauh itu, kita sekaligus bisa melihat suatu pengertian yang esensial
bahwa penemuan seperti sinar X menyebabkan perlunya perubahan paradigma - dan
karena itu perubahan dalam prosedur
mau-pun dalam pengharapan - bagi segmen khusus dari masyarakat sains. Sebagai
hasilnya, kita juga bisn memahami bagaimana penemuan sinar X bisa seolah-olah
membuka dunia baru yang asing bagi banyak ilmu-wan dan, dengan demikian, dapat
be/partisipasi begitu efektif dalam kri-sis yang menuju kepada fisika abad
ke-20.
Contoh kita yang terakhir dari penemuan sains, yakni
penemuan be-jana Leyden, termasuk ke dalam kelas yang dapat dilukiskan sebagai
didorong-oleh-teori.Mula-mula istilah itu bisa tampak paradoksal.Sampai sejauh
ini, di antara yang telah dikatakan banyak yang mengemukakan bahwa
penemuan-penemuan yang diprakirakan oleh teori adalah bagian-bagian dari sains
yang normal dan menghasilkan fakta.jenis baru. Misal-nya, di muka saya
telah mengacu kepada penemuan-penemuan unsur ki-mia yang baru selama paruh
kedua abad ke-19 sebagai berlangsung dari sains yang normal dengan cara
demikian. Akan tetapi, tidak semua teori adalah teori paradigma.Baik selama
periode-periode praparadigma mau-pun selama krisis yang menuju kepada
perubahan-perubahan paradigma secara besar-besaran, para ilmuwan biasanya
mengembangkan banyak teori yang spekulatif dan tak dapat diartikulasikan, yang
dapat menunjuk-kan jalan menuju penemuan.Namun, penemuan itu sering kali bukan
yang diantisipasi oleh hipotesis yang spekulatif dan tentatif (bersifat
se-mentara).Hanya jika eksperimen dan teori tentatif itu bersama-sama
di-utarakan sehingga cocok, maka penemuan muncul dan teori itu menjadi
paradigma.
Penemuan bejana Leyden memperlihatkan semua sifat ini
maupun yang lainnya yang telah kita amati di muka. Ketika memulai, tidak ada
paradigma tersendiri bagi riset kelistrikan.Akan tetapi, sejumlah teori,
semuanya diturunkan dari gejala-gejala yang relatif mudah dijangkau,
bersaingan.Di antara teori-teori itu tidak ada yang berhasil dalam me-nata
keseluruhan varietas gejala kelistrikan dengan sangat baik.Kegagalan ilu
merupakan sumber bagi beberapa di antara anomali-anomali yang me-nyajikan latar
belakang bagi penemuan bejana Leyden.Salah satu aliran kelistrikan yang
bersaingan menganggap listrik sebagai
cairan.Konsepsi itu menyebabkan sejumlah orang berupaya memasukkan cairan
tersebut ke dalam botol.Mereka memegang botol kecil dari gelas yang berisi air
dengan tangan, kemudian menyentuhkan air itu kepada konduktor yang disambungkan
kepada sebuah generator elektrostatik yang dijalankan. Ketika memindahkan botol
itu dari generator dan menyentuh airnya (atau konduktor yang dihubungkan
kepadanya) dengan tangan mereka, setiap penyelidik itu mengalami
kejutan yang hebat. Eksperimen-eksperimen pertama itu, bagaimana pun, tidak
menghasilkan bejana Leyden bagi para elektrisian itu.Peranti itu muncul lebih
perlahan-lahan, dan lagi-lagi tidak mungkin untuk mengatakan kapan tepatnya
penemuan itu disempur-nakan.Upaya-upaya pertama untuk menyimpan cairan Iistrik
itu hanya berjalan karena para penyelidik itu
memegang botol dengan tangan me-reka sambil berdiri di tanah.Para elektrisian
itu masih harus belajar bahwa bejana itu memerlukan pelapis konduktor di bagian
luar maupun di ba-gian dalam, dan bahwa cairan itu tidak sungguh-sungguh
tersimpan di dalam bejana itu. Di tengah perjaianan penyelidikan yang
menunjukkan hal ini kepada mereka, dan yang memperkenalkan mereka kepada
be-berapa efek lain yang menyimpang, muncullah peranti yang kita sebut bejana
Leyden itu. Lebih dari itu,
eksperimen-eksperimen yang menuju kepada pemunculannya, di antaranya banyak
yang dilakukan oleh Franklin, juga merupakan eksperimen-eksperimen yang
menyebabkan perlunya revisi drastis pada teori cairan dan, dengan demikian,
menyajikan para-digma lengkap yang pertama bagi kelistrikan.1')
Dengan berbagai taraf - sesuai dengan kontinuum dari
akibat yang mengguncangkan sampai hasil yang diantisipasi -
karakteristik-karak-teristik yang umum pada ketiga contoh di atas adalah
karakteristik se-mua penemuan yang daripadanya muncul gejala jenis baru.Karakteristik-karakteristik
itu mencakup kesadaran sebelumnya akah anomali, mun-culnya pengakuan
observasional maupun konseptual secara bertahap dan secara serempak, perubahan
prosedur-prosedur dan kategori-kategori pa--radigma secara konsekuen yang sering
disertai perlawanan. Bahkan ada petunjuk bahwa karakteristik-karakteristik yang
sama ini dibangun di dalam sifat proses pemahaman itu sendiri. Dalam
eksperimen psikologis yang patut diketahui dengan jauh lebih baik oleh
orang-orang di luar bidang ini, Bruner dan Postman meminta kepada subjek-subjek
eksperimen untuk mengidentifikasi serangkaian kartu bridge setelah
diperlihatkan se-bentar dan terkontrol.Kartu-kartu itu banyak yang normal, tetapi be-berapa di antaranya dibuat
beranomali, misalnya selembar enam skop me-rah dan selembar empat jantung
hitam.Setiap giliran eksperimen terdiri atas peragaan selembar kartu kepada
seorang subjek dalam serangkaian peragaan yang ditingkatkan secara bertahap.
Setelah setiap peragaan, subjek ditanya apa yang telah dilihatnya, dan setiap
giliran eksperimen di-akhiri dengan dua identifikasi yang benar secara
berturut-turut.12) Pada peragaan yang tersingkat pun
banyak subjek yang mengiden-ifikasi kebanyakan dari kartu-kartu itu, dan
setelah ditingkatkan sedikit, semua subjek mengidentifikasi seluruh
kartu. Kartu-kartu yang normal biasanya diidentifikasi benar, tetapi
kartu-kartu yang beranomali ham-pir selalu diidentifikasi, tanpa menampakkan
keraguan atau kebingungan, sebagai normal.Kartu empat jantung hitam, misalnya, bisa
diidentifikasi sebagai empat skop atau empat jantung. Tanpa memperlihatkan
kesulitan sama sekali, segera dicocokkan kepada salah satu kategori konseptual
yang telah dipersiapkan oleh pengalaman sebelumnya. Kita bahkan tidak akan suka
mengatakan bahwa subjek-subjek itu telah melihat sesuatu yang ber-beda dari
yang diidentifikasi oleh mereka. Dengan menambah lagi waktu peragaan
kartu-kartu yang beranomali, subjek benar-benar mulai ragu-ragu dan
memperlihatkan kesadarannya akan anomali. Jika diperagakan enam skop merah,
misalnya, ada yang berkata: Itu enam skop, tapi ada sesuatu yang salah padanya
- yang hitam itu berpinggiran merah. Penambahan lagi waktu peragaan
mengakibatkan lebih banyak lagi keraguan dan kebingungan sehingga akhirnya,
dan kadang-kadang sangat men-dadak, kebanyakan subjek akan memberikan
identifikasi yang benar tanpa ragu. Lebih-lebih, setelah melakukannya dengan
dua atau tiga kartu yang beranomali, mereka akan mempunyai sedikit kesulitan
selanjutnya dengan yang lain. Namun, beberapa subjek tidak pernah bisa
melakukan penye-suaian yang diperlukan pada kategori-kategori mereka.Bahkan
pada empat puluh kali waktu peragaan rata-rata yang diperlukan untuk
menge-nali kartu-kartu yang normal, lebih dari 10 persen dari kartu-kartu yang
beranomali tidak diidentifikasi dengan benar.Dan subjek-subjek yang ke-mudian
gagal sering mengalami kesulitan pribadi yang parah.Salah se-orang dari mereka
berseru, "Saya tidak bisa menyebutkan, apa pun kartu itu.Saya bahkan
tidak meJihatnya seperti kartu saat itu. Saya tidak tahu warna apa sekarang,
atau apakah skop atau jantung. Saya bahkan tidak yakin sekarang seperti apa
skop itu. Ya, Tuhan!"13) Dalam bab be-rikut kita sekali-sekali
akan melihat para ilmuwan yang juga berperilaku seperti ini.
Apakah sebagai metafora ataukah karena mencerminkan
sifat pikiran, eksperimen psikologis itu menyajikan skema sederhana dan
meyakinkan secara mengagumkan bagi proses penemuan sains. Dalam sains, seperti
dalam eksperimen kartu bridge, kebaruan hanya muncul dengan kesulitan,
diwujudkan oleh perlawanan, berlatarbelakangkan pengharapan. Mula-mula hanya
yang diantisipasi dan biasa yang dialami bahkan dalam ke-adaan di mana anomali
nantinya akan tampak. Namun, perkenalan selanjutnya memang menghasilkan
kesadaran akan adanya sesuatu yang salah atau mengaitkan efek itu kepada
sesuatu yang menjadi salah pada masa lalu. Kesadaran akan anomali itu
membuka periode ketika kategori-kategori konseptual disesuaikan sehingga yang
semula beranomali men-jadi yang diantisipasi. Pada saat ini penemuan telah
selesai. Say?, telah mendesak agar proses itu, atau proses yang sangat mirip
dengan itu, dili-batkan dalam kemunculan semua hal baru yang ilmiah dan
fundamental. Baiklah sekarang saya tunjukkan bahwa, dengan mengenal proses itu,
kita akhirnya akan bisa melihat mengapa sains yang normal, pencairan yang tidak
ditujukan kepada hal-hal baru dan mula-mula cenderung menekan-nya, bagaimana
pun akan menjadi begitu efektif dalam menyebabkan munculnya hal-hal baru itu.
Dalam perkembangan sains mana pun, paradigma yang
pertama di-terima biasanya dirasakan untuk menerangkan dengan sangat berhasil
ke-banyakan pengamatan dan eksperimen yang mudah dijangkau oleh para pemraktek
sains. Oleh sebab itu, perkembangan selanjutnya biasanya me-merlukan pembuatan perlengkapan
yang rumit, pengembangan per-bendaharaan kata dan keterampilan yang esoterik,
dan perbaikan konsep-konsep yang semakin berkurang kemiripannya dengan
prototipe akal se-hat mereka yang biasa. Di pihak lain profesionalisasi itu
menuju kepada pembatasan yang keras atas pandangan ilmuwan dan kepada
perlawanan yang kuat terhadap perubahan paradigma. Sains itu menjadi semakin
ka-ku. Di pihak lain, di dalam wilayah-wilayah yang oleh paradigma dijadi-kan
arah perhatian kelompok itu, sains
yang normal menuju kepada rin-cian informasi dan kepada kecocokan
observasi-teori yang cermat yang tidak akan dapat dicapai dengan cara lain.
Selanjutnya, rincian dan kecocokan yang cermat itu memiliki nilai yang
melebihi kepentingan hakiki mereka yang tidak selalu sangat tinggi. Tanpa
peralatan khusus yang di-buat terutama untuk fungsi-fungsi yang diantisipasi,
hasil yang akhirnya menuju kepada hal-hal baru tidak akan tercapai. Dan bahkan
jika pei-alatan itu ada, hal-hal baru biasanya hanya muncul bagi orang yang
mam-pu mengetahui bahwa ada sesuatu yang salah karena ia tahu dengan te-pat apa
yang harus diharapkannya. Anomali hanya muncul dengan latar belakang yang
disajikan oleh paradigma.Semakin tepat paradigma yang dijangkauannya jauh itu,
semakin peka indikator yang disediakannya terhadap anomali, dan karena itu terhadap peristiwa perubahan paradigma.
Dalam cara penemuan yang.normal, bahkan perlawanan terhadap perubahan
mempunyai kegunaan yang akan ditelaah lebih lengkap dalam bab berikut. Dengan
memastikan bahwa paradigma itu tidak akan begitu mudah menyerah, perlawanan
menjamin bahwa para ilmuwan tidak akan mudah terganggu perhatiannya dan bahwa
anomali-anomali yang mengakibatkan perubahan paradigma akan menembus pengetahuan
yang ada sampai ke intinya. Kenyataanlbahwa suatu kebaruan ilmiah yang
sig-nifikan begitu sering muncul serempak dari berbagai laboratorium me-rupakan
penunjuk, baik kepada sifat sains normal yang sangat tradisio-nal maupun kepada
ketuntasannya yang digunakai oleh pencarian tra-disionai untuk
merintis jalan bagi perubahannya sendiri.
Daftar Rujukan
Khun, Thomas S. 2012. The Structure Scientific Of Revolutions. Bandung:
Rosdakarya.
No comments:
Post a Comment