Friday, 12 December 2014

Filsafat

Anomali dan munculnya penemuan sains (Thomas S. Kuhn)

Sains yang normal, yakni kegiatan pemecahan masalah yang baru saja kita teliti, adalah kegiatan yang sangat kumulatif, benar-benar berhasil dalam tujuannya, perluasan secara tetap ruang lingkup dan presisi penge-tahuan sains. Dalam segala hal ini ia dengan presisi yang tinggi cocok de-ngan kebanyakan citra yang biasa tentang karya ilmiah. Namun, satu pro-duk standar dari kegiatan ilmiah ini tidak ada.Sains yang normal tidak ditujukan kepada kebaruan-kebaruan fakta atau teori dan, jika berhasil, tidak menemukan hal-hal tersebut.Meskipun demikian, gejala-gejala yang baru dan tak terduga itu berulang kali tersingkap oleh riset ilmiah, dan teori-teori baru yang radikal terus-menerus diciptakan oleh para ilmuwan.Bahkan sejarah mengemukakan bahwa kegiatan ilmiah ini telah mengem-bangkan teknik yang kekuatannya tiada bandingannya untuk menghasil-kan kejutan-kejutan jenis ini. Jika karakteristik sains ini akan diselaras-kan dengan apa yang telah dikatakan, maka riset yang mengikuti suatu paradigma harus merupakan cara yang sangat efektif untuk mendorong perubahan paradigma. Itulah yang dilakukan oleh kebaruan-kebaruan fak­ta dan teori yang fundamental. Jika dihasilkan secara ceroboh oleh suatu permainan yang dilakukan di bawah suatu perangkat peraturan, maka asimilasinya menuntut perluasan perangkat yang lain. Setelah menjadi ba­gian dari sains, kegiatan itu, setidak-tidaknya kegiatan para spesialis yang di dalam bidangnya yang tertentu terdapat hal-hal yang baru itu, tidak akan pernah presis sama lagi.
Sekarang kita harus bartanya, bagaimana perubahan-perubahan je­nis ini bisa terjadi, pertama mengingat penemuan-penemuan atau ke­baruan-kebaruan fakta, kemudian penciptaan-penciptaan atau kebaruan-kebaruan teori. Perbedaan antara penemuan (discovery) dan penciptaan (invention)* atau antara fakta dan teori, bagaimana pun, akan segera ter-bukti bahwa sangat artifisial. Artifisialitasnya merupakan petunjuk yang penting bagi beberapa tesis dari esai ini. Dengan meneliti penemuan-penemuan pilihan dalam bagian selanjutnya dari bab ini, kita akan cepat menemukan bahwa penemuan-penemuan bukanlah peristiwa-peristiwa yang terasing, melainkan episode-episode yang diperluas dengan struktur yang berulang secara teratur. Penemuan diawali dengan kesadaran akan anomali, yakni, dengan pengakuan bahwa alam, dengan suatu cara, telah melanggar pengharapan yang didorong oleh paradigma yang menguasai sains yang normal. Kemudian ia berlanjut dengan eksplorasi yang sedikit-banyak diperluas pada wilayah anpmali. Dan ia hanya berakhir jika teori paradigma itu telah disesuaikan sehingga yang menyimpang itu menjadi yang diharapkan. Pengasimilasian suatu fakta jenis baru menuntut lebih dari penyesuaian tambahan pada teori, dan sebelum penyesuaian itu selesai - sebelum ilmuwan itu tahu bagaimana melihat alam dengan cara yang berbeda.- fakta yang baru itu sama sekali bukan fakta ilmiah.
Untuk mengetahui betapa eratnya kebaruan faktual dan teoretis itu saling terjalin dalam penemuan ilmiah, perhatikan contoh yang sangat terkenal, yaitu penemuan oksigen. Sekurang-kurangnya tiga orang yang berbeda memiliki klaim yang sah atas penemuan itu, dan beberapa ahli kimia yang lain, pada awal tahun 1770-an, tentu telah mempunyai udara yang diperkaya di dalam sebuah wahana laboratorium tanpa mengetahuinya.1) Kemajuan sains yang normal, dalam hal ini kemajuan kimia pneumatik, merintis jalan hingga benar-benar tuntas bagi suatu terobosan. Di antara para pengklaim itu, yang paling dulu mempersiapkan contoh gas tersebut yang relatif murni adalah apoteker Swedia, C.W. Scheele. Namun, kita boleh mengabaikan karyanya karena ia tidak diterbitkan sampai penemuan oksigen itu berulang-ulang diumumkan di tempat lain dan dengan demikian tidak mempunyai pengaruh terhadap pola historis yang sini paling banyak berurusan dengan kita.2) Yang kedua menurut waktunya, yang mengajukan klaim adalah ilmuwan dan pendeta Inggris, Joseph Priestley, yang mengumpulkan gas yang dilepaskan oleh oksida merah dari air raksa yang dipanaskan.-sebagai satu bagian dari penyelidikan normal yang berkepanjangan terhadap "udara-udara" yang ditimbulkan oleh sejumlah besar zat padat. Pada tahun 1774 ia mengidentifikasi gas yang dihasilkan dengan cara itu sebagai nitrooksida, dan pada tahun 1775, hasil pengujian-pengujian selanjutnya, sebagai udara biasa dengan kuantitas flogiston yang kurang dari biasanya. Pengklaim ketiga, Lavoisier, mulai pekerjaannya yang membimbingnya kepada oksigen setelah eksperimen-eksperimen Priestley tahun 1774, dan mungkin sebagai hasil dari petunjuk Priestley. Pada awal tahun 1775 Lavoisier melaporkan bahwa gas yang diperoleh dengan memanaskan oksida merah dari air raksa adalah "udara itu sendiri seluruhnya tanpa perubahan kecuali bahwa ia keluar lebih murni, lebih baik buat pernapasan".3 Menjelang tahun 1777, barangkali dengan bantuan petunjuk kedua dari Priestley, Lavoisier menyimpulkan bahwa gas itu adalah species yang berbeda, salah satu dari kedua unsur utama atmosfer, suatu kesimpulan yang tidak pernah dapat diterima oleh Priestley.
Pola penemuan ini melahirkan pertanyaan yang dapat diajukan tentang setiap gejala baru yang pernah masuk ke dalam kesadaran para il-muwan.Apakah Priestley atau Lavoisier, atau kedua-duanya, yang per-tama menemukan oksigen itu?Bagaimana pun, kapan oksigen ditemu-kan?Dalam bentuk demikian pertanyaan itu dapat diajukan bahkan jika hanya ada seorang pengklaim.Sebagai putusan tentang prioritas dan fong-gal, sebuah jawaban sarha sekali bukan urusan kita. Meskipun demikian, upaya untuk memperoleh jawabanakan menerangkan sifat penemuan ka­rena tidak ada jawaban dari jenis yang dicari. Penemuan bukanlah jenis proses yang patut ditanyakan seperti itu. Kenyataan bahwa ia ditanya-kan - penemu oksigen yang lebih dulu telah berkali-kali diuji sejak ta­hun 1780-an - merupakan gejala dari sesuatu yang miring dalam citra tentang sains yang memberikan peran yang begitu fundamental kepada penemuan. Perhatikan sekali lagi contoh kita. Klaim Priestley atas pe­nemuan oksigen didasarkan atas lebih dulunya ia dalam mengisolasi gas yang di kemudian hari dikenal sebagai species yang berbeda. Akan tetapi, contoh Priestley itu tidak murni, dan jika memegang oksigen yang tidakmurni itu berarli menemukannya, hal itu sudah dilakukan oleh se­tiap orang yang pernah memasukkan udara atmosfer ke dalam botol.Selain itu, jika Priestley adalah penemunya, kapan penemuan itu dilakukan? Pada tahun 1774 ia mengira telah memperoleh nitrooksida, suatu species yang telah dikenalnya; pada tahun 1775 ia memandang gas itu sebagai udara bebas flogiston, yang masih bukan oksigen atau bahkan, bagi ahli kimia flogistik, suatu jenis gas yang sama sekali tidak diduga. Klaim La­voisier bisa jadi lebih kuat, tetapi klaim itu menimbulkan masalah-masalah yang sama. Bila kita menolak memberikan piala kepada Priestley, kita tidak dapat menghadiahkannya kepada Lavoisier bagi karya tahun 1775 yang telah menuntunnya untuk mengidentifikasi gas itu sebagai "udara itu sendiri seluriihnya". Barangkali kita menunggu karya dari tahun 1776 dan 1777 yang menyebabkan Lavoisier tidak sekadar melihat gas itu, te­tapi gas apa itu. Namun, ganjaran ini pun patut dipertanyakan karena pada tahun 1777 dan sampai akhir hayatnya Lavoisier bersikeras bahwa oksigen adalah "prinsip keasaman" atom dan bahwa gas oksigen hanya terbentuk jika "prinsip" itu bersatu dengan sifat kalori, materi panas.4' Apakah karena itu kita akan mengatakan bahwa oksigen belum ditemukan pada tahun 1777? Barangkali ada yang tergoda untuk mengatakan de­mikian. Akan tetapi, prinsip keasaman tidak dibuang dari kimia sampai setelah tahun 1810, dan sifat kalori bertahan sampai tahun 1860-an. Uk-sigen menjadi zat kimia baku sebeium kedua tanggal tersebut.
Jelas bahwa kita memerlukan perbendaharaan kata dan konsep-konsep baru untuk menganalisis peristiwa-peristiwa seperti penemuan ok-sigen.Meskipun tak diragukan kebenarannya, ungkapan "oksigen ditemukan" menyesatkan karena mengesankan bahwa menemukan sesua-tu merupakan hanya satu tindakan tersendiri yang dapat diasimilasikan kepada konsep kita yang biasa (dan juga meragukan) tentang melihat.Itulah sebabnya kita begitu mudah menerima bahwa menemukan, seperti melihat atau menyentuh, tanpa keraguan harus diatributkan kepada seseorang dan kepada suatu saat dalam waktu.Akan tetapi, pengatributan yang terakhir ini selalu tidak mungkin, dan yang terdahulu sering begitu juga. Dengan mengabaikan Scheele, kita dengan aman dapat mengatakan bahwa oksigen belum ditemukan sebeium 1774, dan barangkali kita da­pat juga mengatakan bahwa ia telah ditemukan pada sekitar tahun 1777 atau tidak lama sesudahnya. Akan tetapi, di antara batas-batas itu, atau batas-batas lain seperti itu, setiap upaya untuk menetapkan tanggal pe­nemuan itu tidak dapat dihindari harus arbitrer karena menemukan sua­tu gejala baru perlu merupakan peristiwa yang kompleks, peristiwa yang melibatkan pengakuan bahwa sesuatu itu ada dan apa sesuatu itu. Seba-gai contoh, jika bagi kita oksigen itu adalah udara bebas flogiston, maka kita akan bersiteguh tanpa ragu-ragu bahwa Priestley telah menemukannya meskipun kita belum tahu benar kapan. Akan tetapi, jika pengama-:an maupun konseptualisasi, fakta maupun asimilasi kepada teori, terkait tanpa dapat dipisahkan dalam penemuan, maka penemuan adalah jroses dan harus memakan waktu. Hanya jika semua kategori konsep-ual yang relevan itu dipersiapkan sebelumnya, yang dalam hal ini gejala tu tidak mungkin merupakan suatu jenis yang baru, maka menemukan tu dan menemukan apa dapat terjadi tanpa kesulitan, bersama-sama, dan seketika.
Sekarang andaikan bahwa penemuan itu melibatkan proses asimilasi konseptual yang diperpanjang, meskipun tidak perlu lama. Apakah kita apat juga mengatakan bahwa penemuan itu melibatkan perubahan da-im paradigma?Terhadap pertanyaan itu belum ada jawaban umum yang apat diberikan, tetapi, setidak-tidaknya dalam kasus ini, jawabannya ha-js ya. Apa yang diumumkan oleh Lavoisier dalam makalah-makalahnya :jak tahun 1777 tidak begitu merupakan penemuan oksigen seperti teori ksigen dari pembakaran. Teori itu merupakan dasar bagi perumusan embali kimia yang begitu luas sehingga biasanya disebut revolusi kimia. Sebenarnya, jika penemuan oksigen itu tidak merupakan bagian yang erat kaitanriya dengan munculnya sebuah paradigma baru bagi kimia, per-tanyaan tentang siapa yang lebih dulu sebagai tempat memulai tidak akan pernah tampak begitu penting. Dalam kasus ini, seperti dalam kasus-kasus lainnya, nilai yang dib;rikan kepada gejala yang baru, dan dengan de-mikian kepada penemunya, bervariasi menurut taksiran kita mengenai se-jauh mana gejala itu melanggar antisipasi yang didorong oleh paradig­ma. Namun perhatikan, karena hal ini akan menjadi penting kelak, bah-wa penemuan oksigen tidak dengan sendirinya menjadi penyebab pe-rubahan dalam teori kimia. Jauh sebelum ia memainkan peran apa pun dalam penemuan gas baru itu.Lavoisier yakin, baik bahwa ada sesuatu yang salah dalam teori flogiston maupun bahwa benda-benda yang ter-bakar menyerap suatu bagian dari atmosfer.Sejauh itu yang telah di-catatnya dalam nota tersegel dan disimpan pada Sekretaris Akademi Pran-cis pada tahun 1772.5> Yang dilakukan oleh karya tentang oksigen itu memberikan banyak tambahan bentuk dan struktur kepada yang sebelum itu dirasakan oleh Lavoisier bahwa ada sesuatu yang keliru.Saya me-ngatakan kepadanya sesuatu yang telah dipersiapkannya untuk ditemukan - sifat zat yang dihilangkan dari atmosfer oleh pembakaran. Kesadaran lebih dulu akan adanya kesukaran-kesukaran harus merupakan bagian yang penting dari apa yang memungkinkan Lavoisier dapat melihatnya dalam eksperimen-eksperimen seperti yang dilakukan oleh Priestley, yaitu suatu gas yang Priestley sendiri tidak mampu melihatnya di dalam eksperimen-eksperimen itu. Sebaliknya, kenyataan bahwa diperlukan re-visi besar pada paradigma agar dapat melihat apa yang dilihat oleh La­voisier harus merupakan alasan utama mengapa Priestley, sampai akhir hayatnya, tidak mampu melihatnya.
Dua contoh lain dan yang jauh lebih singkat akan sangat memperkuat yang baru saja dikatakan, dan sekaligus membawa kita dari penjelasan tentang sifat penemuan kepada pemahainan keadaan tempat munculnya sains. Dalam upaya menyajikan cara-cara utama yang dapat menghasil-kan penemuan, contoh-contoh ini dipilih agar berbeda, baik satu sama lain maupun dengan penemuan oksigen. Yang pertama, sinar X, adalah kasus penemuan melalui ketaksengajaan yang klasik, suatu tipe yang le­bih sering terjadi daripada yang dimungkinkan kita dengan mudah me-nyadarinya oleh standar-standar impersonal tentang pelaporan ilmiah. Ki-sahnya dimulai pada hari ketika ahli fisika Roentgen menghentikan dulu penyelidikannya yang normal terhadap sinar-sinar katode karena ia me­lihat tabir platinosianida barium, yang terletak agak jauh dari peralatan nya yang dilindungi, bercahaya ketika pelepasan sedang berlangsung. Penyelidikan-penyelidikan seianjutnya - yang memerlukan tujuh ming-gu yang sibuk, dan selama itu Roentgen jarang meninggalkan laboratori-umnya -menunjukkan bahwa penyebab cahaya itu datang dalam garis-garislurus dari tabung sinar katode, bahwa radiasi itu menimbulkan bayangan-bayangan, tidak bisa dibelokkan oleh magnet, dan banyak la-gi yang lainnya. Sebelum mengumumkan penemuannya, ia telah yakin bahwa pencapaiannya itu bukan karena sinar-sinar katode, melainkan ka-rena suatu agen yang sekurang-kurangnya mempunyai suatu kemiripan dengan cahaya.6)
Bahkan contoh yang sesingkat itu menunjukkan kemiripan yang sa-ngat dekat dengan penemuan oksigen: sebelum bereksperimen dengan ok-sida merah dari air raksa, Lavoisier telah melakukan beberapa eksperimen yang tidak memberikan hasil yang diantisipasi menurut paradigma flogiston; penemuan Roentgen dimulai dengan kesadaran bahwa tabirnya ber­cahaya, padahal tidak seharusnya. Dalam kedua kasus itu, persepsi ter-hadap anomali - artinya terhadap gejala yang untuk itu penyelidik be-lum dipersiapkan oleh paradigma - memainkan peran yang esensial da­lam merintis jalan untuk memahami hal yang baru.Akan tetapi, lagi-lagi dalam kedua kasus itu, persepsi bahwa ada sesuatu yang tidak beres ha­nyalah pembuka jalan kepada penemuan.Baik oksigen maupun.sinar-sinar X tidak muncul tanpa proses eksperimentasi dan asimilasi seianjut­nya. Pada titik mana dalam penyelidikan Roentgen, misalnya, kita pan-tas mengatakan bahwa sinar-sinar X benar-benar telah ditemukan?Bagaimana pun, bukan pada saat pertama ketika yang dilihatnya hanyalah tabir yang bercahaya. Sekurang-kurangnya seorang penyelidik lajji telah melihat cahaya itu dan, dengan diikuti kekecewaan, tidak menemukan apa-apa sama sekali.7) Hampir sama jelasnya bahwa saat penemuan itu iuga tidak dapat didorong ke depan, ke suatu saat dalam minggu terakhir senyelidikan ketika Roentgen sedang menelaah sifat-sifat radiasi baru yang 'elah ditemukannya. Kita hanya dapat mengatakan bahwa sinar-sinar X nuncul di Wurzburg antara tanggal 8 November dan 28 Desember 1895.
Namun, dalam bidang ketiga, adanya kesejajaran yang penting di an-ara penemuan oksigen dan penemuan sinar-sinar X sangat kurang tampak. Berbeda dengan penemuan oksigen, penemuan sinar X, sekurang-:urangnya selama satu dasawarsa setelah peristiwa itu, tidak dilibatkan ke dalam pergolakan teori sains. Jadi, dari segi mana asimilasi penemuan ;u dapat dikatakan mendorong perlunya perubahan paradigma? Kasus ntuk menolak perubahan demikian sangat kuat. Yang pasti, paradigma paradigma yang dianut oleh Roentgen dan rekan-rekan sezamannya ti­dak mungkin dapat digunakan untuk memprakirakan sinar X. (Teori elek-tromagnetik Maxwell belum diterima di mana pun, dan teori partikel dari sinar katode hanyalah salah satu di antara beberapa spekulasi masa itu.) Akan tetapi, paradigma-paradigma itu, setidak-tidaknya dalam arti yang nyata mana pun, juga tidak menghalangi adanya sinar X sebagaimana teori flogiston telah men'ghalangi interpretasi Lavoisier tentang gas Priest­ley. Sebaliknya, pada tahun 1895 teori dan praktek sains yang telah di­terima mengakui sejumlah bentuk radiasi - yang tampak, inframerah, dan ultraungu.Mengapa sinar X tidak dapat diterima sebagai sekadar satu lagi bentuk kelas yang sangat dikenal dari gejala alam? Mengapa mereka misalnya tidak diterima dengan cara yang sama dengan penemuan unsur kimia tambahan? Unsur-unsur baru untuk mengisi tempat yang kosong dalam tabel periodik masih dicari dan ditemukan pada masa Roentgen.Pencarian mereka merupakan proyek standar bagi sains normal, dan ke-berhasilan hanya peristiwa bagi ucapan selamat, bukan bagi kejutan.
Namun, sinar X disambut bukan hanya dengan kejutan, melainkan dengan keguncangan.Lord Kelvin mula-mula menyatakannya sebagai ke-bohongan besar.8) Yang lain, meskipun tidak dapat meragukan kenyataan itu, gempar karenanya.Meskipun tidak dihalangi oleh teori yang sudah kukuh, sinar X menentang pengharapan yang tertanam dalam.Peng-harapan-pengharapan itu saya kira tercakup di dalam rancangan dan in­terpretasi prosedur-prosedur laboratorium yang telah ditetapkan. Pada sekitar tahun 1980-an perlengkapan sinar katode disebarluaskan ke ber-bagai laboratorium Eropa. Jika peralatan Roentgen itu telah menghasil-kan sinar-sinar X, maka seju/nlah eksperimentalis lain harus sudah be­berapa lamanya menghasilkan sinar-sinar itu tanpa mengetahuinya. Ba-rangkali sinar-sinar itu, yang bisa saja memiliki juga sumber-sumber lain yang tidak diumumkan, dimasukkan ke dalam perilaku yang telah lebih dulu diterangkan tanpa mengacu kepada sinar-sinar itu. Setidak-tidaknya, beberapa jenis peralatan yang sudah lama dikenal, di masa depan akan harus dilindungi dengan timah hitam. Karya tentang proyek-proyek nor­mal yang sudah diselesaikan sebelumnya, sekarang harus dikerjakan lagi karena para ilmuwan yang terdahulu tidak mampu mengenal dan me-ngontrol variabel yang relevan.Yang pasti, sinar X membuka suatu bi-dang baru, dan dengan demikian ditambahkan kepada wilayah potensial sains yang normal. Akan tetapi, ia juga mengubah bidang-bidang yang telah ada, dan ini sekarang menjadi masalah yang lebih penting. Dalam proses itu mereka tidak mau mengakui tipe-tipe instrumentasi yang se belumnya didasarkan atas paradigma.
Singkatnya, disadari atau tidak, putusan untuk menggunakan per-alatan tertentu dan dengan cara tertentu membawa asumsi bahwa hanya jenis keadaan tertentu yang akan timbul. Ada pengharapan instrumental dan pengharapan teoretis, dan kedua-duanya sering menainkan peran yang menentukan dalam perkembangan sains.Salah satu pengharapan demikian, misalnya, adalah kisah tentang penemuan oksigen yang ter-lambat.Dengan menggunakan tes standar bagi "udara yang baik", baik Priestley maupun Lavoisier mencampurkan dua bagian gas mereka de­ngan satu bagian oksida nitrat, mengguncang campuran itu di atas air, dan mengukur volume residu yang berupa gas. Pengalaman sebelumnya, yang melahirkan prosedur standar ini, meyakinkan mereka bahwa dengan udara atmosfer, residu itu akan merupakan satu bagian, dan bagi setiap gas yang lain (atau bagi udara yang tercemar) residunya akan lebih bany-ak. Dalam eksperimen-eksperirnen oksigen itu kedua-duanya menemukan residu yang mendekati satu bagian, dan sesuai dengan itu mereka mengi-dentifikasi gas tersebut. Lama kemudian, dan sebagian melalui ketaksen-gajaan, barulah Priestley meninggalkan prosedur standar dan mencoba mencampurkan nitrikoksida (NO) dengan gasnya dalam perbandingan yang lain. Kemudian ia menemukan bahwa dengan empat bagian nitri­koksida hampir tidak ada residu sama sekali. Komitmennya kepada pro­sedur tes semula — prosedur yang di beri sanksi oleh banyak pengalaman sebelumnya - sekaligus merupakan komitmen kepada tidak adanya gas yang dapat berperilaku seperti oksigen.9)
Ilustrasi seperti ini bisa diperbanyak dengan mengacu, misalnya, ke­pada identifikasi fisi uranium yang terlambat. Salah satu alasan mengapa reaksi nuklir itu ternyata sukar sekali dikenal ialah bahwa orang-orang yang mengetahui apa yang diharapkan jika mengebomi uranium memilih tes kimiawi yang terutamaditujukan kepada unsur-unsur dari ujungatas tabel periodik.10) Apakah dari seringnya terbukti bahwa komitmen ins­trumental itu menyesatkan, kita harus rnenyimpulkan bahwa sains harus meninggalkan tes-tes standar dan instrumen-instrumen standar? Hal itu akan menghasilkan metode riset yang tak dapat dipahami. Prosedur-prosedur dan penerapan-penerapan paradigma sama pentingnya bagi sains dengan hukum-hukum dan teori-teori paradigma, dan semuanya mem-punyai efek yang sama. Tak dapat dihindari mereka membatasi bidang fenomenologis yang setiap saat bisa dimasuki untuk penyelidikan sains. Dengan mengakui sejauh itu, kita sekaligus bisa melihat suatu pengertian yang esensial bahwa penemuan seperti sinar X menyebabkan perlunya perubahan paradigma - dan karena itu perubahan dalam prosedur mau-pun dalam pengharapan - bagi segmen khusus dari masyarakat sains. Sebagai hasilnya, kita juga bisn memahami bagaimana penemuan sinar X bisa seolah-olah membuka dunia baru yang asing bagi banyak ilmu-wan dan, dengan demikian, dapat be/partisipasi begitu efektif dalam kri-sis yang menuju kepada fisika abad ke-20.
Contoh kita yang terakhir dari penemuan sains, yakni penemuan be-jana Leyden, termasuk ke dalam kelas yang dapat dilukiskan sebagai didorong-oleh-teori.Mula-mula istilah itu bisa tampak paradoksal.Sampai sejauh ini, di antara yang telah dikatakan banyak yang mengemukakan bahwa penemuan-penemuan yang diprakirakan oleh teori adalah bagian-bagian dari sains yang normal dan menghasilkan fakta.jenis baru. Misal-nya, di muka saya telah mengacu kepada penemuan-penemuan unsur ki-mia yang baru selama paruh kedua abad ke-19 sebagai berlangsung dari sains yang normal dengan cara demikian. Akan tetapi, tidak semua teori adalah teori paradigma.Baik selama periode-periode praparadigma mau-pun selama krisis yang menuju kepada perubahan-perubahan paradigma secara besar-besaran, para ilmuwan biasanya mengembangkan banyak te­ori yang spekulatif dan tak dapat diartikulasikan, yang dapat menunjuk-kan jalan menuju penemuan.Namun, penemuan itu sering kali bukan yang diantisipasi oleh hipotesis yang spekulatif dan tentatif (bersifat se-mentara).Hanya jika eksperimen dan teori tentatif itu bersama-sama di-utarakan sehingga cocok, maka penemuan muncul dan teori itu menjadi paradigma.
Penemuan bejana Leyden memperlihatkan semua sifat ini maupun yang lainnya yang telah kita amati di muka. Ketika memulai, tidak ada paradigma tersendiri bagi riset kelistrikan.Akan tetapi, sejumlah teori, semuanya diturunkan dari gejala-gejala yang relatif mudah dijangkau, bersaingan.Di antara teori-teori itu tidak ada yang berhasil dalam me-nata keseluruhan varietas gejala kelistrikan dengan sangat baik.Kegagalan ilu merupakan sumber bagi beberapa di antara anomali-anomali yang me-nyajikan latar belakang bagi penemuan bejana Leyden.Salah satu aliran kelistrikan yang bersaingan menganggap listrik sebagai cairan.Konsepsi itu menyebabkan sejumlah orang berupaya memasukkan cairan tersebut ke dalam botol.Mereka memegang botol kecil dari gelas yang berisi air dengan tangan, kemudian menyentuhkan air itu kepada konduktor yang disambungkan kepada sebuah generator elektrostatik yang dijalankan. Ke­tika memindahkan botol itu dari generator dan menyentuh airnya (atau konduktor yang dihubungkan kepadanya) dengan tangan mereka, setiap penyelidik itu mengalami kejutan yang hebat. Eksperimen-eksperimen per­tama itu, bagaimana pun, tidak menghasilkan bejana Leyden bagi para elektrisian itu.Peranti itu muncul lebih perlahan-lahan, dan lagi-lagi ti­dak mungkin untuk mengatakan kapan tepatnya penemuan itu disempur-nakan.Upaya-upaya pertama untuk menyimpan cairan Iistrik itu hanya berjalan karena para penyelidik itu memegang botol dengan tangan me-reka sambil berdiri di tanah.Para elektrisian itu masih harus belajar bahwa bejana itu memerlukan pelapis konduktor di bagian luar maupun di ba-gian dalam, dan bahwa cairan itu tidak sungguh-sungguh tersimpan di dalam bejana itu. Di tengah perjaianan penyelidikan yang menunjukkan hal ini kepada mereka, dan yang memperkenalkan mereka kepada be-berapa efek lain yang menyimpang, muncullah peranti yang kita sebut bejana Leyden itu. Lebih dari itu, eksperimen-eksperimen yang menuju kepada pemunculannya, di antaranya banyak yang dilakukan oleh Fran­klin, juga merupakan eksperimen-eksperimen yang menyebabkan perlunya revisi drastis pada teori cairan dan, dengan demikian, menyajikan para-digma lengkap yang pertama bagi kelistrikan.1')
Dengan berbagai taraf - sesuai dengan kontinuum dari akibat yang mengguncangkan sampai hasil yang diantisipasi - karakteristik-karak-teristik yang umum pada ketiga contoh di atas adalah karakteristik se-mua penemuan yang daripadanya muncul gejala jenis baru.Karakteristik-karakteristik itu mencakup kesadaran sebelumnya akah anomali, mun-culnya pengakuan observasional maupun konseptual secara bertahap dan secara serempak, perubahan prosedur-prosedur dan kategori-kategori pa--radigma secara konsekuen yang sering disertai perlawanan. Bahkan ada petunjuk bahwa karakteristik-karakteristik yang sama ini dibangun di da­lam sifat proses pemahaman itu sendiri. Dalam eksperimen psikologis yang patut diketahui dengan jauh lebih baik oleh orang-orang di luar bidang ini, Bruner dan Postman meminta kepada subjek-subjek eksperimen un­tuk mengidentifikasi serangkaian kartu bridge setelah diperlihatkan se-bentar dan terkontrol.Kartu-kartu itu banyak yang normal, tetapi be-berapa di antaranya dibuat beranomali, misalnya selembar enam skop me-rah dan selembar empat jantung hitam.Setiap giliran eksperimen terdiri atas peragaan selembar kartu kepada seorang subjek dalam serangkaian peragaan yang ditingkatkan secara bertahap. Setelah setiap peragaan, sub­jek ditanya apa yang telah dilihatnya, dan setiap giliran eksperimen di-akhiri dengan dua identifikasi yang benar secara berturut-turut.12) Pada peragaan yang tersingkat pun banyak subjek yang mengiden-ifikasi kebanyakan dari kartu-kartu itu, dan setelah ditingkatkan sedikit, semua subjek mengidentifikasi seluruh kartu. Kartu-kartu yang normal biasanya diidentifikasi benar, tetapi kartu-kartu yang beranomali ham-pir selalu diidentifikasi, tanpa menampakkan keraguan atau kebingungan, sebagai normal.Kartu empat jantung hitam, misalnya, bisa diidentifikasi sebagai empat skop atau empat jantung. Tanpa memperlihatkan kesulitan sama sekali, segera dicocokkan kepada salah satu kategori konseptual yang telah dipersiapkan oleh pengalaman sebelumnya. Kita bahkan tidak akan suka mengatakan bahwa subjek-subjek itu telah melihat sesuatu yang ber-beda dari yang diidentifikasi oleh mereka. Dengan menambah lagi waktu peragaan kartu-kartu yang beranomali, subjek benar-benar mulai ragu-ragu dan memperlihatkan kesadarannya akan anomali. Jika diperagakan enam skop merah, misalnya, ada yang berkata: Itu enam skop, tapi ada sesuatu yang salah padanya - yang hitam itu berpinggiran merah. Penambahan lagi waktu peragaan mengakibatkan lebih banyak lagi kera­guan dan kebingungan sehingga akhirnya, dan kadang-kadang sangat men-dadak, kebanyakan subjek akan memberikan identifikasi yang benar tanpa ragu. Lebih-lebih, setelah melakukannya dengan dua atau tiga kartu yang beranomali, mereka akan mempunyai sedikit kesulitan selanjutnya dengan yang lain. Namun, beberapa subjek tidak pernah bisa melakukan penye-suaian yang diperlukan pada kategori-kategori mereka.Bahkan pada em­pat puluh kali waktu peragaan rata-rata yang diperlukan untuk menge-nali kartu-kartu yang normal, lebih dari 10 persen dari kartu-kartu yang beranomali tidak diidentifikasi dengan benar.Dan subjek-subjek yang ke-mudian gagal sering mengalami kesulitan pribadi yang parah.Salah se-orang dari mereka berseru, "Saya tidak bisa menyebutkan, apa pun kar­tu itu.Saya bahkan tidak meJihatnya seperti kartu saat itu. Saya tidak tahu warna apa sekarang, atau apakah skop atau jantung. Saya bahkan tidak yakin sekarang seperti apa skop itu. Ya, Tuhan!"13) Dalam bab be-rikut kita sekali-sekali akan melihat para ilmuwan yang juga berperilaku seperti ini.
Apakah sebagai metafora ataukah karena mencerminkan sifat pikiran, eksperimen psikologis itu menyajikan skema sederhana dan meyakinkan secara mengagumkan bagi proses penemuan sains. Dalam sains, seperti dalam eksperimen kartu bridge, kebaruan hanya muncul dengan kesulitan, diwujudkan oleh perlawanan, berlatarbelakangkan pengharapan. Mula-mula hanya yang diantisipasi dan biasa yang dialami bahkan dalam ke-adaan di mana anomali nantinya akan tampak. Namun, perkenalan se­lanjutnya memang menghasilkan kesadaran akan adanya sesuatu yang sa­lah atau mengaitkan efek itu kepada sesuatu yang menjadi salah pada masa lalu. Kesadaran akan anomali itu membuka periode ketika kategori-kategori konseptual disesuaikan sehingga yang semula beranomali men-jadi yang diantisipasi. Pada saat ini penemuan telah selesai. Say?, telah mendesak agar proses itu, atau proses yang sangat mirip dengan itu, dili-batkan dalam kemunculan semua hal baru yang ilmiah dan fundamental. Baiklah sekarang saya tunjukkan bahwa, dengan mengenal proses itu, kita akhirnya akan bisa melihat mengapa sains yang normal, pencairan yang tidak ditujukan kepada hal-hal baru dan mula-mula cenderung menekan-nya, bagaimana pun akan menjadi begitu efektif dalam menyebabkan munculnya hal-hal baru itu.

Dalam perkembangan sains mana pun, paradigma yang pertama di-terima biasanya dirasakan untuk menerangkan dengan sangat berhasil ke-banyakan pengamatan dan eksperimen yang mudah dijangkau oleh para pemraktek sains. Oleh sebab itu, perkembangan selanjutnya biasanya me-merlukan pembuatan perlengkapan yang rumit, pengembangan per-bendaharaan kata dan keterampilan yang esoterik, dan perbaikan konsep-konsep yang semakin berkurang kemiripannya dengan prototipe akal se-hat mereka yang biasa. Di pihak lain profesionalisasi itu menuju kepada pembatasan yang keras atas pandangan ilmuwan dan kepada perlawanan yang kuat terhadap perubahan paradigma. Sains itu menjadi semakin ka-ku. Di pihak lain, di dalam wilayah-wilayah yang oleh paradigma dijadi-kan arah perhatian kelompok itu, sains yang normal menuju kepada rin-cian informasi dan kepada kecocokan observasi-teori yang cermat yang tidak akan dapat dicapai dengan cara lain. Selanjutnya, rincian dan ke­cocokan yang cermat itu memiliki nilai yang melebihi kepentingan hakiki mereka yang tidak selalu sangat tinggi. Tanpa peralatan khusus yang di-buat terutama untuk fungsi-fungsi yang diantisipasi, hasil yang akhirnya menuju kepada hal-hal baru tidak akan tercapai. Dan bahkan jika pei-alatan itu ada, hal-hal baru biasanya hanya muncul bagi orang yang mam-pu mengetahui bahwa ada sesuatu yang salah karena ia tahu dengan te-pat apa yang harus diharapkannya. Anomali hanya muncul dengan latar belakang yang disajikan oleh paradigma.Semakin tepat paradigma yang dijangkauannya jauh itu, semakin peka indikator yang disediakannya ter­hadap anomali, dan karena itu terhadap peristiwa perubahan paradigma. Dalam cara penemuan yang.normal, bahkan perlawanan terhadap pe­rubahan mempunyai kegunaan yang akan ditelaah lebih lengkap dalam bab berikut. Dengan memastikan bahwa paradigma itu tidak akan be­gitu mudah menyerah, perlawanan menjamin bahwa para ilmuwan tidak akan mudah terganggu perhatiannya dan bahwa anomali-anomali yang mengakibatkan perubahan paradigma akan menembus pengetahuan yang ada sampai ke intinya. Kenyataanlbahwa suatu kebaruan ilmiah yang sig-nifikan begitu sering muncul serempak dari berbagai laboratorium me-rupakan penunjuk, baik kepada sifat sains normal yang sangat tradisio-nal maupun kepada ketuntasannya yang digunakai oleh pencarian tra-disionai untuk merintis jalan bagi perubahannya sendiri.

Daftar Rujukan
Khun, Thomas S. 2012. The Structure Scientific Of Revolutions. Bandung: Rosdakarya.

No comments:

Post a Comment